Lihat ke Halaman Asli

Moratorium MBG: Pilihan Etis dan Strategis bagi Pemerintahan Prabowo

Diperbarui: 1 Oktober 2025   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aksi Peduli MBG di Monas, massa minta pemerintah evaluasi total (KOMPAS.com/Lidia Pratama Febrian)

Reformasi tata kelola MBG butuh waktu panjang, dan risiko keracunan tak bisa ditekan hingga nol. 

Jeda sangat penting bagi pemerintah untuk menemukan hingga mengeksekusi sistem atau format baru yang benar-benar aman.

Niat Baik yang Tergelincir Risiko

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) lahir dari niat baik: memastikan anak-anak sekolah, balita, dan kelompok rentan memperoleh gizi layak setiap hari. Presiden Prabowo menempatkan MBG sebagai salah satu janji politik utamanya.

Pada level wacana, ini merupakan gebrakan besar yang memberi harapan, sekaligus simbol bahwa negara hadir dalam kebutuhan paling dasar rakyatnya: makanan bergizi.

Namun, pelaksanaan di lapangan jauh dari mulus. Sejak awal, implementasi MBG diwarnai dengan skala ambisius. Pemerintah menargetkan puluhan juta penerima dalam waktu singkat.

Infrastruktur logistik, rantai pasok, serta dapur massal didorong bekerja secepat mungkin. Kecepatan yang dimaksudkan untuk menunjukkan keseriusan politik ini justru membuka celah besar dalam keamanan dan pengawasan. 

Hasilnya, serangkaian insiden keracunan terjadi, dengan ribuan korban dalam kurun waktu singkat.

Situasi ini menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah program yang dimaksudkan untuk melindungi justru berbalik membahayakan?

Jika iya, maka pertimbangan etis harus lebih diutamakan dibanding sekadar capaian kuantitatif. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline