Anak usia dini adalah anak yang berada pada masa emas pertumbuhan dan perkembangan. Tentu, dalam tentang usia ini bukan hanya otak saja yang berkembang dengan pesat tetapi seluruh bagian yang ada pada tubuh anak. Maka penting bagi orang tua untuk mengawasi dengan ketat hal apa saja yang berhak masuk kedalam tubuh anak. Sebab, anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa yang harus dipupuk tidak hanya melalui pendidikan tetapi lewat pemberian gizi seimbang. Namun, dibalik harapan besar itu, Indonesia masih mengalami masalah serius terkait dengan gizi buruk dan stunting. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi meski mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Tim Percepatan Penurunan Stunting bahkan mencatat persentase anak yang tergolong stunting di Indonesia sekitar 19,8% pada tahun 2024, walau angka ini menurun sebanyak 0,3 dari tahun sebelumnya tetapi pencatatan angka terakhir masih bisa diklasifikasikan sebagai angka yang tinggi. Kondisi ini banyak ditemukan di wilayah pedesaan dan daerah dengan tingkat ekonomi rendah. Masalah ini jelas menjadi ancaman nyata bagi kualitas sumber daya manusia di masa depanm
Diperkirakan saat ini masih ada 4,48 juta balita stunting, turun dari 4,8 juta tahun sebelumnya. Artinya, upaya intervensi mencegah sekitar 337--377 ribu kasus stunting baru . Pemerintah optimistis tren penurunan ini dapat terus berlanjut hingga menyentuh angka 5 % pada 2045, dengan target penurunan sekitar 325 ribu anak per tahun . Tahun 2025 ditargetkan membawa angka ke 18,8 %, menuju target 14,2 % pada 2029 . Fokus intervensi diarahkan pada enam provinsi dengan kasus tertinggi---Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Banten---yang menyumbang lebih dari 50 % kasus nasional .
Selain itu, pemerintah meluncurkan program Makanan Bergizi Gratis, dengan menyediakan makanan bergizi secara gratis untuk anak-anak dan ibu hamil, sebagai antisipasi terhadap malnutrisi dan stunting. Program ini direncanakan berjalan hingga 2029 dengan alokasi sekitar $28 miliar .
Stunting sendiri bukan sekadar masalah tinggi badan anak yang lebih pendek dari usianya. Lebih jauh, stunting dapat memengaruhi perkembangan otak, kemampuan belajar, hingga produktivitas anak di masa depan. Hal ini membuat isu gizi anak usia dini menjadi perhatian serius, tidak hanya bagi pemerintah tetapi juga masyarakat luas. Beberapa faktor penyebab stunting antara lain kurangnya asupan gizi, sanitasi yang buruk, dan rendahnya kesadaran orang tua tentang pentingnya pola makan sehat. Padahal, pemenuhan gizi seimbang sejak dinimelalui makanan bergizi, ASI eksklusif, serta pola hidup sehat dapat menjadi langkah sederhana untuk mencegah stunting.
Anak usia dini jelas sangat membutuhkan asupan gizi yang tepat agar tumbuh optimal. Gizi yang kurang di masa ini bisa berdampak panjang pada kualitas hidup anak. Upaya penanggulangan stunting kini terus digencarkan melalui program pemberian makanan tambahan, edukasi gizi untuk orang tua, hingga perbaikan fasilitas kesehatan. Namun, kerja sama semua pihak tetap dibutuhkan agar setiap anak Indonesia dapat tumbuh sehat, cerdas, dan siap menghadapi masa depan. Anak usia dini adalah investasi berharga. Menyelamatkan mereka dari krisis gizi berarti menyelamatkan masa depan bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI