Bagi mrk yg belum pernah mengunjungi raja ampat, tentu yg di kaltim tara bisa dan lebih dekat berkunjung ke kepulauan Derawan di Berau. Melindungi alam hrs dgn sengaja mengelolanya krn tanpa pengelola alam/hutan spt tdk bertuan. Namun dimana saja terjadi hal yg sebaliknya bhw pengelola tdk sabar menunggu pengunjung utk datang dgn banyak alasan dan mulai tergiur dgn sesuatu yg ada di bawah tanah, sumber daya mineral. Kabarnya eksplorasi tambang disana sdh berjalan sejak 1972 dan eksploitasinya baru saja sekitar 2-3 tahun lalu, sedangkan status raja ampat sbg geopark sbg destinasi wisata oleh unesco baru sekitar tahun 2002. Mestinya pada saat penunjukkan bhw raja ampat sbg geopark destinasi wisata dunia, eksplorasi harus dihentikan (maunya ) bukan malah berlanjut jd eksploitasi. Tapikan sejak lama masyarakat dunia sdh terbelah menjadi kelompok optimis dan pesimis. Penambang adlh kelompok yg optimis dan selalu mengatakan bhw semua kerusakan dan kepunahan akan dapat diganti dgn teknologi yg semakin maju dan yg pesimis justru melihat sebaliknya, bhw tdk semua dapat dikembalikan dan dibuat dgn kemampuan teknologi spt keindahan panorama raja ampat ini. Sayangnya mmg orang2 yg terlalu optimis dan pesimis selalu ada maka mrk saling berbenturan? Kalau saja pengelola kawasan saling menghormati, tentu masalah tsb tdk akan terjadi. Sepenggal surga itu akan segera menjadi neraka, jika kita terlambat menyelamatkannya. Raja ampat memerlukan perhatian kita walau jauh diujung timur Indonesia, bahkan perhatian dari mereka yg optimis krn sejatinya optimis dan pesimis mestinya ada dalam satu hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI