Berpikir Lateral, Pendekatan di Luar Kotak
Contoh menarik tentang cara berpikir lateral dapat dilihat dari kebijakan Dedi Mulyadi, seorang pemimpin muda di Jawa Barat, yang memilih mengirim siswa bermasalah—yang suka tawuran—ke barak militer untuk mendapatkan pelatihan disiplin. Langkah ini mencerminkan upaya menyelesaikan masalah sosial dengan cara yang tidak konvensional, sebagaimana yang diteorikan oleh Edward de Bono, Berpikir lateral melibatkan "memutus pola logika tradisional untuk menciptakan solusi inovatif." Dengan kebijakan ini, Dedi Mulyadi telah menunjukkan keberanian untuk menantang pendekatan tradisional yang sering kali berlarut-larut.
Sebaliknya, pendekatan linear yang sering digunakan oleh ahli di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah cenderung membutuhkan waktu lama. Misalnya, sebelum menerapkan solusi, mereka biasanya melakukan kajian akademis, benchmarking ke negara lain, atau menyusun prosedur panjang. Hal ini sejalan dengan kritik Peter Senge, dalam *The Fifth Discipline*, bahwa "organisasi yang terlalu birokratis sering kali gagal merespon secara fleksibel terhadap masalah mendesak." Akibatnya, masalah seperti tawuran sering kali tidak terselesaikan dengan cepat.
Mengapa Berpikir Lateral Penting
Berpikir lateral memungkinkan seseorang melihat masalah dari sudut pandang baru yang tidak biasa. Edward de Bono menegaskan bahwa "kreativitas adalah cara untuk menemukan solusi di luar keterbatasan logika tradisional." Dalam konteks siswa bermasalah, kebijakan Dedi Mulyadi yang "mengirim mereka ke barak" adalah bentuk "provokasi," yaitu salah satu teknik berpikir lateral yang diajarkan de Bono. Teknik ini melibatkan penggunaan ide yang tampaknya tidak masuk akal untuk memicu solusi baru.
Sebagai perbandingan, pendekatan linear di tingkat kementerian atau DPR sekalipun, sering kali menekankan prosedur yang kaku. Clayton M. Christensen, dalam The Innovator's Dilemma, menjelaskan bahwa "institusi besar sering terjebak dalam pola pikir konservatif, menghindari risiko, sehingga sulit untuk menghasilkan inovasi." Berbeda dengan itu, pendekatan lateral seperti yang dilakukan Dedi Mulyadi fokus pada hasil yang langsung terasa di masyarakat.
Pemimpin Muda
Kepala Daerah Muda seperti Dedi Mulyadi cenderung lebih adaptif dan inovatif dalam menghadapi masalah sosial. Mereka sering kali menggunakan pendekatan berbasis komunitas karena mereka lebih dekat dengan masyarakat. John P. Kotter, dalam Leading Change, mencatat bahwa "pemimpin yang terlibat langsung dengan komunitas mampu merancang kebijakan yang relevan dengan kebutuhan lokal." Hal ini tampak dari bagaimana Dedi Mulyadi memahami akar permasalahan siswa bermasalah sebelum menawarkan solusi konkret.
Selain itu, pemimpin muda cenderung berani mengambil risiko. Malcolm Gladwell, dalam David and Goliath, menjelaskan bahwa "pemimpin muda sering menggunakan sumber daya yang mereka miliki secara kreatif untuk melawan hambatan besar." Langkah Dedi Mulyadi untuk mengirim siswa bermasalah ke barak militer mungkin menghadapi kritik, tetapi keberanian ini menunjukkan komitmen untuk mencari solusi nyata daripada sekadar berwacana.
Konflik dengan Pemikiran Linear
Pendekatan lateral sering kali mendapat kritik dari pihak yang lebih konservatif, terutama mereka yang berpikir linear. Kritik ini biasanya berupa tudingan seperti "tidak melibatkan DPR atau pakar" atau "tergesa-gesa tanpa studi mendalam." Namun, kritik semacam ini cenderung menghambat inovasi, dan cenderung tidak konstruktif sebagaimana yang diungkapkan Steve Jobs: "Inovasi adalah tentang mengatakan tidak pada seribu hal untuk fokus pada satu ide besar."
Dedi Mulyadi menunjukkan bahwa inovasi tidak harus sempurna dari awal, tetapi harus dimulai. Hal ini juga sesuai dengan prinsip Eric Ries dalam The Lean Startup, bahwa "eksperimen kecil yang berani dapat mengarahkan pada perubahan besar, bahkan jika ada risiko awal."
Apakah Solusi Ini Efektif?
Mengirim siswa bermasalah ke barak militer adalah langkah yang unik dan berani, meskipun tidak sempurna. Solusi ini menunjukkan bagaimana berpikir lateral dapat memotong kebuntuan birokrasi dan menghasilkan tindakan nyata. Sebagaimana yang dikatakan Edward de Bono, "Inovasi dimulai dengan keberanian untuk memecah pola."