Lihat ke Halaman Asli

Keberagaman Budaya Menyatukan FISIP UPNVJ

Diperbarui: 24 Agustus 2025   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PKKMBF FISIP UPNVJ 2025, GOR Ciracas, 13-14 Agustus 2025 (Sumber: Penulis)


PKKMB FISIP UPN “Veteran” Jakarta 2025 menjadi salah satu momen penting bagi mahasiswa baru untuk mengenal dunia perkuliahan. Acara ini dilaksanakan di GOR Ciracas, Jakarta Timur, pada 13–14 Agustus 2025, dan diikuti oleh seluruh mahasiswa baru. Selama dua hari tersebut, rangkaian acara disusun dengan sangat menarik.  
Salah satu acara yang berkesan adalah talkshow bertajuk “Turning Stories into Courage”, bersama seorang penulis yang membagikan kisah perjuangan dan pengalamannya. Okky Madasari memberi inspirasi tentang keberanian dalam menghadapi tantangan hidup. Dari acara ini, kami belajar bahwa setiap orang membawa cerita hidupnya masing-masing, dan keberanian sering lahir dari pengalaman yang penuh warna. Hal ini sejalan dengan semangat FISIP, bahwa keberagaman adalah sumber kekuatan untuk terus melangkah bersama. Sebagai penutup, konser musik DJ MAILL menghadirkan suasana meriah yang memperkuat kebersamaan di antara peserta.

PKKMB ini bukan sekadar acara formal penyambutan, melainkan pengalaman berharga yang memperlihatkan betapa beragamnya latar belakang mahasiswa yang hadir. Dari kegiatan pengenalan fakultas hingga dinamika kelompok, setiap momen terasa hidup karena kami berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai daerah dan budaya.
Salah satu hal yang paling berkesan adalah pertemuan dengan teman-teman baru dari berbagai wilayah di Indonesia. Penulis berjumpa dengan mahasiswa asal Jawa, Sumatra, Kalimantan, lalu Sulawesi. Mereka datang dengan logat bicara, cara berkomunikasi, bahkan pola pikir yang berbeda. Ada yang lebih serius, ada yang pemalu, ada juga yang gemar bercanda. Perbedaan karakter ini justru membuat suasana diskusi menjadi lebih kaya.

Dari segi budaya, keberagaman terlihat jelas. Ada teman yang dengan bangga memperkenalkan bahasa daerahnya, sementara yang lain menceritakan makanan khas asal daerahnya, mulai dari rendang, gudeg, dan coto Makassar. Percakapan di sela-sela acara sering kali beralih menjadi ruang belajar informal, di mana kami bertukar cerita tentang kebiasaan sehari-hari, tradisi, hingga pengalaman pribadi.

Selain itu, penulis juga menemukan bahwa FISIP sendiri menaungi berbagai program studi—Ilmu Komunikasi, Hubungan Internasional, Ilmu Politik, Sains Informasi, serta Kajian Film, Televisi, dan Media. Meskipun berbeda konsentrasi, semua jurusan tetap saling berkaitan, layaknya keberagaman budaya yang tetap bersatu dalam satu wadah. Analogi ini mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk terpecah, melainkan fondasi untuk saling melengkapi.

Keberagaman budaya dan latar belakang mahasiswa memberi warna besar pada suasana kampus. Dalam diskusi kelompok, perbedaan cara pandang justru melahirkan ide-ide kreatif. Ada yang vokal menyampaikan pendapat, ada pula yang teliti dalam mencatat dan menyusun strategi. Kombinasi peran ini menciptakan kolaborasi yang solid sekaligus mengajarkan kami bahwa setiap individu membawa kontribusi berharga.

Selain melahirkan kreativitas, keberagaman juga menumbuhkan empati. Penulis masih ingat ketika seorang teman kesulitan memahami materi, teman-teman lain sigap membantu tanpa diminta. Dari hal sederhana itu, tumbuh rasa peduli yang mengikat kebersamaan. Bahkan melalui yel-yel kelompok, kami belajar melepaskan ego pribadi demi menyuarakan semangat bersama. Dari pengalaman itu, penulis menyadari bahwa kekompakan tidak lahir dari keseragaman, melainkan justru dari keberagaman.

Pengalaman di PKKMB FISIP UPN “Veteran” Jakarta semakin menegaskan bahwa perbedaan bukanlah penghalang, melainkan aset sosial yang harus dirawat. Interaksi dengan teman-teman dari berbagai daerah memperlihatkan bahwa setiap perbedaan memberi peluang untuk belajar hal baru. Kampus adalah miniatur Indonesia, tempat  berlatih menjaga keharmonisan dalam lingkup kecil, sebelum terjun sebagai agen perdamaian di masyarakat luas.

Seperti semboyan Bhinneka Tunggal Ika, keberagaman menjadi pondasi persatuan. Namun, semboyan itu hanya bermakna jika diwujudkan dalam tindakan nyata: saling menghormati, mendukung, dan membangun. PKKMB FISIP UPNVJ 2025 bagi penulis bukan hanya ajang penyambutan, melainkan momentum pembelajaran tentang keberagaman. Dari bahasa, makanan khas, hingga cerita daerah, semua menyatu menjadi mozaik indah yang memperkaya kampus. Keberagaman inilah yang memperkuat kebersamaan sekaligus menjadi modal sosial bagi persatuan Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline