Lihat ke Halaman Asli

Eko Nurhuda

TERVERIFIKASI

Pekerja Serabutan

Remko Bicentini, Rela Melepas Piala Dunia 2022 demi Melatih Curacao

Diperbarui: 24 September 2022   00:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Remko Bicentini, pelatih timnas Curacao. FOTO: Concacaf.com

SEHARUSNYA Remko Bicentini mendampingi timnas Kanada di Piala Dunia 2022 mulai 23 November nanti. Namun kesempatan besar tersebut dia lepas begitu saja demi menangani satu negara kecil di Karibia.

Ya, negara mungil di Karibia itu bernama Curacao, calon lawan Indonesia pada 24 dan 27 September mendatang. Sebuah keputusan yang bagi kebanyakan orang adalah hal gila. Sangat gila, bahkan.

Melepas kesempatan tampil di putaran final Piala Dunia? Yang benar saja!

Sebab tak hanya di kalangan pesepak bola, bisa berpartisipasi di Piala Dunia juga merupakan sebuah kebanggaan besar bagi para pelatih. Bahkan meski 'hanya' berstatus asisten pelatih seperti Bicentini sekalipun.

Pengalaman menangani timnas di kompetisi sepak bola terakbar sejagat adalah tambahan mentereng dalam curriculum vitae si asisten pelatih. Bisa jadi faktor untuk meningkatkan tarif jasa, misalnya.

Atau bisa juga membuka peluang untuk 'naik pangkat' jadi pelatih kepala selepas Piala Dunia nanti. Di mana ujung-ujungnya berarti kenaikan penghasilan, sebab fee pelatih kepala tentu lebih tinggi dari para asistennya.

Karena itu, rasa-rasanya kebanyakan asisten pelatih di dunia ini tidak akan mau melepas kesempatan tersebut begitu saja. Lebih-lebih jika tiket ke Piala Dunia sudah berada di dalam genggaman, seperti yang diperoleh Kanada pada 27 Maret 2022 lalu.

Namun ternyata Bicentini bukan orang kebanyakan. Keputusan 'gila' yang dia ambil hanya 3 bulan jelang bergulirnya Piala Dunia 2022, menegaskan bahwa pria Belanda ini bukanlah juru latih sembarangan.

Melesatkan Curacao

Bagi yang mengerti apa arti Curacao bagi Bicentini, keputusan tersebut sama sekali tidak gila. Lelaki kelahiran Nijmegen ini sudah menganggap negara Karibia tadi sebagai tanah air keduanya setelah Belanda.

Karya Bicentini di Curacao bahkan sudah terukir sejak 2007, ketika negara tersebut masih merupakan bagian dari Antillen Belanda. Dia terus bertahan sebagai asisten pelatih, termasuk ketika Antillen Belanda bubar pada 2010 dan Curacao menjadi negara baru (tetapi lama).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline