Lihat ke Halaman Asli

Tantangan Pembelaran Jarak Jauh di Era Pandemi Covid-19

Diperbarui: 29 Juli 2021   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tidak terasa COVID-19 sudah melanda Indonesia lebih dari satu tahun lamanya, semenjak kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020, COVID-19 masih menjadi badai yang berkelanjutan. Pemerintah dalam upayanya meredam kasus lonjakan COVID-19, mengeluarkan berbagai kebijakan yang berpengaruh terhadap aspek kehidupan sosial masyarakat, salahsatunya di bidang Pendidikan. Lockdown lingkungan sekolah atau universitas menjadi pilihan yang dicanangkan oleh Pemerintah dalam melawan penyebaran COVID-19. Tentunya konskuensi dari kebihakan ini adalah para siswaharus menggunakan pembelajaran jarak jauh atau yang disingkat PJJ sebagai pengganti dari pembelajaran di kelas. Berbagai media atau platform digunakan oleh para tenaga pendidik, mulai dari video conference, kuis secara online, atau fitur Google Classroom yang digunakan oleh para guru sebagai tempat untuk menyebarkan materi hingga mengumpulkan tugas. Hal ini tentunya merupakan "barang baru" yang ditemui oleh para masyarakat terutama bagi mereka yang tinggal di pelosok desa. Lantas, apakah pembelajaran jarak jauh tersebut berhasil?

Dilema masyarakat terutama orang tua siswa yang masih belum terlalu mengenal teknologi merupakan salah satu kesulitan yang mengiringi proses pembelajaran jarak jauh saat ini. Amerika Serikat sebagai negara maju secara teknologi, telah mengeluarkan panduan pembelajaran daring sebagai solusi dari pandemi COVID-19, tentunya pembelajaran jarak jauh akan bergantung terhadap elemen-elemen internal yang sangat krusial yaitu tingkat kesiapan sekolah, tingkat kesiapan teknologi, dan kesiapan orang tua, siswa dan guru. Bagi para masyarakat yang tinggal di kota-kota besar tentunya tidak begitu banyak persoalan yang dihadapi, lain halnya dengan mereka yang ada di kota-kota kecil, apalagi wilayah yang sangat minim akan teknologi pendukung untuk melakukan pembelajaran jarak jauh.

Tentunya hal tersebut menjadi persoalan penting agar marwah pendidikan bisa terasa dalam sila kelima Pancasila yaitu "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Dilansir dari riset yang diadakan oleh Kompas pada tahun 2020 bahwa terdapat laporan dari sejumlah daerah di Indonesia yang menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran daring belum berjalan optimal, terutama di daerah pelosok dengan teknologi dan jaringan internet terbatas. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2018 saja secara nasional hanya 39,90% penduduk yang mengakses internet. Kesiapan infrastruktur sekolah, kemampuan guru mengajar secara daring, serta ketersediaan sarana smartphone menjadi persoalan lain dalam penerapan pembelajaran daring di Indonesia.

Pada akhirnya diperlukan solusi alternatif dari pemerintah untuk wilayah-wilayah yang belum secara optimal dapat mendukung pembelajaran jarak jauh. Blended learning atau secara umum biasa disebut dengan pembelajaran campuran antara daring dan luring bisa dijadikan sebagai pilihan, walaupun hal tersebut akan menguras tenaga ekstra dari tenaga pendidik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline