Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Tradisi Sahur: dari Toa, Tabuhan, hingga Sirene

Diperbarui: 1 Mei 2021   05:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi tradisi sahur oleh Mohamed_hassan dari pixabay.com

Sahur merupakan kegiatan makan terakhir sebelum berpuasa, terhitung sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Dengan itu waktu makan sahur dilaksanakan pada dini hari, ketika mata masih terkantuk-kantuk.

Bangun untuk makan sahur bisa karena kebiasaan dan kebisaan, atau sebab bunyi alarm, atau juga lantaran suara-suara membangunkan sahur.

Suara tersebut berasal dari kentungan, tabuhan, dari pengeras suara di masjid, atau disesuaikan dengan tradisi sahur di daerah setempat.

Tradisi sahur, atau membangunkan orang untuk makan sahur, tentu berbeda-beda pada setiap wilayah. Bisa jadi di daerah tertentu, tradisi sahur ini sangat menarik.

Bagaimana dengan suasana sahur di daerah perkotaan?

Di lingkungan tempat tinggal saya ada dua kebiasaan yang kemudian menjadi tradisi sahur.

Membangunkan Sahur

Sebagian orang rela membangunkan mereka yang berniat menahan diri dari segala yang membatalkan (imsak) dengan berbagai cara.

Ada pihak yang berseru melalui pengeras suara masjid, 2 jam sebelum batas akhir waktu sahur. Dengan itu, ibu-ibu bangun untuk menyiapkan hidangan sahur bagi keluarga.

Untuk tradisi ini, sampai sekarang masih dilakukan di lingkungan tempat tinggal saya yang adalah perkotaan.

Sedangkan tradisi lain adalah membangunkan sahur dengan memukul tabuhan, yang dilakukan oleh anak-anak muda sambil berkeliling kampung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline