Lihat ke Halaman Asli

Sekadar Berbagi

Diperbarui: 13 Februari 2019   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Untuk hidup yang berkualitas: baik otak maupun sikap, saya lebih cendrung memilih keteladanan kedua orang tua saya dan juga orang-orang terdekat saya tuk dijadikan referensi dalam hidup saya. 

Rasanya makin pas dan tajam, jikalau mereka juga di jadikan pisau analisis dalam menyikapi berbagai persoalan dalam hidup saya, terkhusus yang sesuai dengan pekerjaan saya. 

Alasanya adalah karena saya mengetahui secara amat baik tentang siapa mereka, baik dalam tutur maupun sikap. Dan jika saya menjadikan P. Budi dan P. Leo, sebagai referensi hidup saya, baik dalam, tutur, akademis maupun dalam sikap dan keteladanan adalah benar, karena saya mengetahui dan pernah hidup bersama mereka. Akhirnya saya menjadi hebat karena orang-orang terdekat saya.

Akan beda rasanya, jika saya menjadikan para filsuf-filsuf hebat, yang hanya saya kenal dan tahu lewat buku tuk jadikan referensi dalam hidup saya. Sebab mereka boleh pintar tapi keteladanan mereka? Ataupun sebaliknya.

Sebab yang pintar namun minus keteladanan, apakah layak dijadikan referensi hidup saya?
Sebaliknya, bagi saya, kecerdasan otak dan perilakulah yang paling dahsyat tuk dijadikan referensi dalam hidup saya.

Salam berbagi pengalaman hidup***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline