Lihat ke Halaman Asli

Barunaa

Mahasiswa

Pura Pucak Mangu, Keheningan Pura di Puncak Gunung Catur, Bali

Diperbarui: 22 Juni 2025   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pura Pucak Mangu, Gunung Catur, Bali (dokumentasi pribadi)

Terdiam, termenung, atau bimbang merupakan kata yang muncul ketika saya mengetik kata mangu di pencarian google saya. Selayaknya lagu yang dibawakan Fourtwnty, kata mangu pada Pura Pucak Mangu juga memiliki perasaan yang serupa. Pura yang terletak di puncak Gunung Catur yang tersembunyi dalam kesunyian pepohonan dan pelukan kabut yang menyimpan perasaan hening atau diam di dalamnya. Setidaknya itulah yang saya rasakan ketika sampai pada Pura Pucak Mangu, Gunung Catur, Bali.

Pendakian Gunung Catur saya lakukan bersama ayah saya pada hari Senin, 16 Juni 2025 lalu. Kami memilih melakukan pendakian di hari Senin untuk menghindari keramaian ketika perjalanan atau sampai tujuan yang biasanya terjadi ketika akhir pekan. Untuk melakukan pendakian Gunung Catur, yang saya tahu dapat dilakukan melalui dua jalur. Jalur pertama adalah melalui daerah Petang, Badung dan Bedugul, Tabanan. Rute yang kami lalui adalah Bedugul, Tabanan. Karena jarak yang lebih dekat dari rumah kami dan daerah yang lebih familiar bagi kami.

Pada jalur Bedugul, Tabanan kami terlebih dahulu membeli tiket masuk seharga Rp.10.000/orang dan telah disediakan tempat parkir juga untuk motor dan mobil, hanya saja parkir untuk mobil tidak terlalu luas, sehingga lebih saya rekomendasikan mengendarai sepeda motor untuk mencegah kesulitan mencari parkir. 

Setelah itu, perjalanan akan langsung dilakukan dari tempat parkir menuju trek pendakian Gunung Catur yang bersebelahan dengan Danau Beratan. Jalur pendakian melalui Bedugul mungkin cukup membuat bingung jika pertama kali kesini, kami pun mengalami hal yang sama. Hal ini karena tidak adanya tanda seperti plang atau papan penanda yang memberi jalur mana yang harus ditempuh menuju jalur pendakian. Akan tetapi, tidak perlu khawatir karena pada tempat parkir terdapat sebuah warung yang dimiliki oleh warga lokal, begitu pula rumah-rumah warga lokal yang dengan senang hati memberi arahan kepada kita jalur mana yang harus ditempuh. Kuncinya jangan malu bertanya kepada warga sekitar.

Ketika sudah masuk ke jalur pendakian, penunjuk arah yang tersedia hanyalah pita-pita yang terikat pada pohon dengan warna putih atau biru yang memberi arahan bahwa kami sudah berada di jalur yang tepat. Perjalanan awal akan banyak ditemui jalan yang landai dan tidak terlalu menanjak, bahkan masih bisa ditemui juga sepeda motor milik warga lokal yang kemungkinan mencari hasil hutan.

Jalan menanjak pada tahap awal terbilang cukup mudah karena terbantu oleh beberapa anak tangga yang terbuat dari batu, sehingga memudahkan kita selama perjalanan. Jalan yang cukup sulit baru akan terasa ketika sudah melewati tiga buah bangunan seperti posko dengan atap seng yang ada sepanjang perjalanan. Jalan yang awalnya landai mulai akan dipenuhi tanjakan yang terbilang cukup curam dibarengi dengan semak-semak belukar yang menutupi pandangan.

Perjalanan menuju Pura Pucak Mangu (dokumentasi pribadi)

Beberapa akses jalan harus dilewati dengan bantuan tali karena tidak adanya tempat untuk menapak kaki dengan nyaman dan jalan yang dilalui juga cukup licin karena hujan beberapa hari belakangan. Belum lagi perjalanan melalui jalur Bedugul tidak dilengkapi dengan penunjuk pos, sehingga kami kesulitan untuk mengetahui sudah sejauh dan apa patokan kami selama melakukan perjalanan. Jalur pendakian juga terkenal banyak dihuni oleh pacet atau hewan menyerupai lintah yang dapat dengan mudah menempel menghisap darah, untungnya selama perjalanan kami hanya menemukan satu ekor pacet. Kemungkinan karena kami melakukan pendakian di musim kemarau yang membuat populasi mereka tidak sebanyak musim hujan.

Suasana Pura Pucak Mangu, Gunung Catur, Bali (dokumentasi pribadi)

Perjalanan menuju puncak baru dapat kami selesaikan dengan waktu tempuh sekitar dua jam. Durasi yang terbilang cukup lama karena kami juga mengambil cukup banyak istirahat selama perjalanan. Maklum saja ayah saya tidak lagi dalam performa terbaiknya. Akan tetapi, cukup bahagia bisa mengantarkan beliau sampai ke Puncak Gunung Catur, mencapai Pura Pucak Mangu.

Sesuai yang saya sampaikan di awal, suasana Pura Pucak Mangu sangat hening dan sunyi di tengah rindangnya pohon berselimut kabut. Ditambah kami mendaki pada hari senin yang merupakan hari kerja, sehingga sangat sedikit pendaki yang melakukan pendakian. Dari puncak dapat terlihat jelas pemandangan Danau Beratan dan perbukitan yang ada di dekat sana. Karena di sana terdapat pura, tidak lupa kami melakukan persembahyangan sebagai bentuk puji syukur telah berhasil mencapai puncak dengan selamat dan memohon keselamatan ketika perjalanan pulang nanti.

Di puncak terdapat 2 bale atau tempat beristirahat dilengkapi atap, yang dapat digunakan oleh para pendaki untuk beristirahat dan menikmati bekal. Kami juga berfoto dengan beberapa latar karena ada beberapa spot foto yang menarik bagi kami, yaitu latar pura, danau, dan rimbunnya pepohonan. Foto juga dapat diambil dengan mengkombinasikan latar cerah atau pun berkabut karena setiap beberapa menit kabut akan datang dan pergi menyelimuti area puncak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline