Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) adalah salah satu kebijakan unggulan yang digadang-gadang pemerintah sebagai solusi untuk mengatasi masalah gizi anak Indonesia. Ide dasarnya sederhana: setiap anak sekolah berhak mendapat makanan sehat, bergizi, dan aman setiap hari. Melalui MBG, diharapkan anak-anak bisa tumbuh lebih sehat, lebih cerdas, dan terbebas dari ancaman stunting yang masih membayangi banyak daerah.
Namun, di tengah semangat besar ini, muncul perdebatan menarik: apakah makanan ultra-proses (UPF, Ultra-Processed Foods) boleh masuk ke dalam menu MBG? Pertanyaan ini tidak bisa dianggap sepele. Di satu sisi, UPF menawarkan kepraktisan, harga relatif terjangkau, dan daya simpan yang lama. Di sisi lain, banyak pakar gizi dan kesehatan masyarakat menilai bahwa UPF justru bertolak belakang dengan misi MBG itu sendiri.
Mari kita bedah secara ilmiah dan praktis, mengapa UPF sebaiknya tidak mendapat tempat dalam program MBG.
Apa Itu UPF?
Istilah UPF semakin sering kita dengar dalam diskusi gizi global. UPF adalah makanan yang diproses secara intensif menggunakan teknologi industri, dengan tambahan zat-zat seperti perisa buatan, pewarna, pengawet, emulsifier, hingga pemanis sintetis. Menurut klasifikasi NOVA, UPF bukan sekadar makanan olahan biasa, melainkan produk yang hampir sepenuhnya diformulasikan dari zat hasil industri, bukan dari bahan pangan segar (Monteiro et al., 2019).
Contoh UPF yang umum ditemui sehari-hari antara lain: nugget instan, sosis, mie instan, snack gurih berperisa, minuman ringan, hingga biskuit manis kemasan. Produk ini praktis, enak, dan mudah didapat. Namun di balik kepraktisannya, terdapat risiko kesehatan yang besar bila dikonsumsi secara rutin.
Mengapa UPF Tidak Cocok untuk MBG?
1. Kandungan Gizi Rendah, Kalori Tinggi
Salah satu alasan utama mengapa UPF tidak cocok untuk MBG adalah kualitas gizinya yang rendah. Banyak UPF tinggi kalori dari gula tambahan, garam, dan lemak jenuh, namun miskin vitamin, mineral, dan serat. Akibatnya, anak yang sering mengonsumsi UPF bisa mengalami fenomena "hidden hunger": tubuhnya tidak kekurangan energi, tetapi kekurangan zat gizi penting yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang (Fardet, 2016).
Program MBG justru dirancang untuk mengatasi kekurangan gizi mikro di kalangan anak-anak. Maka jika UPF masuk, program ini berisiko kehilangan tujuan mulianya.
2. Risiko Kesehatan Jangka Panjang
UPF bukan hanya masalah gizi jangka pendek. Konsumsi rutin terbukti berkaitan dengan berbagai penyakit kronis. Penelitian di Prancis terhadap puluhan ribu responden menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi UPF sebesar 10% meningkatkan risiko kanker sebesar 12% (Fiolet et al., 2018).