Lihat ke Halaman Asli

ayub badrin

Ayub Badrin seorang jurnalis

Kampoeng Pelangi, Kampung Biasa-biasa yang Hasilkan Devisa

Diperbarui: 12 Desember 2018   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto :inaberita.com

Satu kampung di Rio de Geneiro di Brazil menjadi insvirasi sebuah kampung kumuh di Semarang yang letaknya di Jl. Dr Sutomo No. 89 Wonosari, Randusari, Kota Semarang Jawa Tengah 50244. Kampung itu kemudian diberi nama Kampung Pelangi.

Kampung ini mendadak viral di zaman milenial ini. Setidaknya Hendrar Prihadi, sebagai Walikota Semarang punya andil besar dalam merubah kampung yang semula kumuh di Semarang ini.

Inaberita.com berkesempatan melihat dari dekat destinasi wisata milik warga asli ini. Rabu (28/11) bersama Tim Humas dan Persatuan Wartawan Pemko Medan yang melakukan study banding tentang kehumasan.

Tidak terlalu istimewa sebenarnya tempat ini, namun karena dilekola dengan baik, maka menghasilkan devisa yang pada akhirnya mampu mendongkrak perekonomian warga di sana.

fb-img-1544568921495-5c104102ab12ae45997e8d66.jpg

Kabag Humas Pemko Medan Ridho Nasution yang diwakili Kasubbag Humas Pemko Medan, Hendra Tarigan S.Sos mengatakan, apa yang dilakukan Pemko Semarang dapat menjadi inspirasi dan diadopsi Pemko Medan untuk diterapkan.

"Seperti Kampoeng Pelangi, awalnya daerah kumuh di pinggiran sungai yang kotor dan rawan tindak kriminal, berhasil diubah menjadi kawasan sangat menarik dan menjadi salah satu ikon kebanggaan Kota Semarang. Jadi yang baik-baik ini bisa ditiru untuk kebaikan Kota Medan," kata Hendra Tarigan pada wartawan, Rabu (28/11/2018).

fb-img-1544569046712-5c10417fab12ae45a37cc063.jpg

Sejarah Kampung Pelangi Semarang

Mungkin tak banyak yang mengira Gunung Brintik bisa jadi destinasi wisata populer di Semarang. Pemandu perjalanan, Edo Purnomo menjelaskan  awalnya, memang bukan tempat ini yang direncanakan untuk menjadi destinasi wisata baru.

Dijelaskannya justru Pasar Bunga Kalisari yang ada di tepi Jl. Dr Sutomo-lah yang menjadi prioritas utama pemerintah setempat. Dana sebesar Rp 9,6 miliar bahkan disiapkan untuk merenovasi tempat ini secara besar-besaran.

Setelah renovasi selesai Desember 2016, baru pemerintah merasa keindahan pasar ini tidak didukung oleh kampung di belakangnya. Saat itulah tercetus ide agar Gunung Brintik juga terlihat cantik.

Karena tak semua rumah di sana tergolong miskin, anggaran pemerintah tidak bisa digunakan. Namun, mereka berhasil mengumpulkan dana Rp 3 miliar dari berbagai sumber termasuk CSR, sumbangan, dan uang pribadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline