Lihat ke Halaman Asli

Herman Wahyudhi

PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Berwisata ke Kawah Putih Ciwidey

Diperbarui: 14 Januari 2020   12:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kawasan Kawah Putih (dok. pri)

Dari Bandung saya lewat tol Buah Batu dan keluar di pintu gerbang tol Soreang.  Jalan yang dilalui cukup lancar.  Kondisi jalannya pun mulus.  Beda memang kalau lewat jalan tol.   Keluar tol (ramp off) cukup lancar.  Baru mulai macet ketika berada di dekat alun Alun Soreang.   Kemacetan memanjang.  Maklum saja saya ke sana pas akhir minggu bertempat dengan libur panjang anak sekolah. 

Jalan yang dilalui rata-rata jalan kabupaten.  Lebar antara enam hingga tujuh meter untuk dua lajur dua arah.   Sehingga sulit untuk mendahului kendaraan yang ada di depan kecuali bahu jalan cukup lebar.  Yo wis, alon alon asal selamat.   Sebalnya sudah tahu badan jalan sempit, ada saja mobil yang parkir di bahu jalan dan bodi mobil agak menjorok ke badan jalan.  Membuat laju kendaraan menurun dan akhirnya terjadi kemacaetan.

Lumayan lebih dari satu jam terjebak di kemacetan, akhirnya sampai juga di Kawah Putih.  Di lokasi kawah putih bisa parkir mobil di bawah dan melanjutkan perjalanan dengan angkutan yang disedia yang merupakan angkot modifikasi, namanya Ontang Anting.   Atau bawa mobil pribadi ke parkiran di atas dekat lokasi wisata juga boleh.

Karena saya bawa pasukan maka diputuskan untuk mengendara mobil ke atas.  Ternyata tarifnya mahal juga, harus bayar 150 ribu rupiah.   Ini kadang yang suka menjadi obrolan teman-teman di kantor.

"Lebih murah wisata di Yogyakarta atau Semarang, masuk ke museum lebih murah dibandingkan di Bandung."

Pikir-pikir benar juga sih. Ya sudahlah, saya bayar saja. Mobil di belakang sudah mulai antri. O iya, itu belum termasuk tiket masuk per orang. Yang dikenai tarif 15 ribu rupiah.  Kami semua berenam, total yang harus dibayar  240 ribu perorang atau sama dengan tiket masuk nonton bioskop untuk enam orang.  

Berpasan dengan Mobil Ontang Anting (dok. pri)

Hati-hati kalau membawa kendaraan menuju puncak Kawah Putih.  Jalannya sempit.  Sudah begitu namanya Ontang Anting pada ngebut semua.  Salip sana salip sini persis seperti supir angkot kejar setoran. Apalagi Ontang Anting yang melintas dari arah berlawanan.   Mereka lebih ngebut.   Semestinya mereka membawa wisatawan lebih hati-hati dan nyaman dong sehingga mereka bisa melihat pemandangan alam di sekitar kawah yang tak kalah indahnya.

Di atas hawanya dingin.  Jangan lupa membawa jaket.  Saya saja yang alergi dingin mulai bersin-bersin.  Ditambah lagi dengan bau belerang yang cukup kuat dibawa oleh angin yang berhembus.   Lahan parkir kendaraan di puncak ternyata luas.  Tersedia pula toilet tetapi harus antri.   

Kalau lapar jangan cari makanan di sini karena tidak ada penjual makanan atau minuman yang terlihat.   Mungkin tidak diperbolehkan oleh pengelola.   Ada bagusnya juga sih karena kawasan Kawah Putih di atas menjadi lebih bersih. 

Jadi kalau lapar lebih baik makan dulu di parkiran dibawah lokasi wisata yang ada di pintu masuk.  Banyak warung kecil di sana.   Kebanyakan menjual mie instan siap seduh dan buah strawberry.

Nah begitu mau masuk ke pintu atau gerbang masuk Kawah Putih ada satu tenda yang menjual masker buat mengurangi efek bau belerang yang rada-rada mirip....maaf, bau kentut.  Gratis?  Ya ngga, bayar lagi dong.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline