Pada Sidang Tahunan MPR 2025 kali ini , Ada beberapa catatan menarik , salah satunya yaitu tampilan berbeda Presiden Prabowo Subianto dari tradisi pendahulunya, yakni mengenakan jas resmi modern, bukan pakaian adat seperti yang biasa dikenakan oleh presiden sebelumnya. Kehadiran ini tentunya memberi kesan profesional, formal, dan menekankan keseriusan dalam menjalankan tugas kenegaraan.
Pidato kenegaraan pertamanya menekankan pentingnya transisi kepemimpinan yang berjalan dengan semangat persatuan, kehormatan, dan kedewasaan politik. Beliau menegaskan bahwa peralihan kepemimpinan dari Presiden Joko Widodo ke pemerintahan yang dipimpinnya diakui dunia sebagai transisi yang lancar dan baik, menjadi bukti kematangan dan kekuatan demokrasi Indonesia.
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo juga mengungkapkan bahwa keberhasilan peralihan kepemimpinan ini mendapat perhatian dan apresiasi dari berbagai pemimpin negara sahabat. Hal ini menunjukkan bahwa karakter demokrasi Indonesia, yang menjunjung persatuan, budaya kekeluargaan, gotong royong, dan saling mendukung, menjadi faktor kunci dalam menjaga stabilitas politik di tengah peralihan kekuasaan.
Selain menekankan transisi yang harmonis, Presiden Prabowo juga memaparkan berbagai capaian pemerintahannya selama 299 hari pertama, termasuk program Makan Bergizi Gratis (MBG), Sekolah Rakyat, dan Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes). Beliau juga menyoroti langkah-langkah penguatan ketahanan pangan dan energi nasional, serta efisiensi anggaran untuk memastikan pembangunan berkelanjutan dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia.Pidato kenegaraan ini tidak hanya menjadi catatan resmi tentang awal pemerintahan baru, tetapi juga menjadi simbol kedewasaan politik Indonesia, di mana setiap peralihan kekuasaan dilakukan dengan penuh kehormatan untuk menjaga persatuan bangsa.
Peralihan kekuasaan ini juga mengingatkan kita bahwa kekuatan bangsa bukan hanya pada pemimpin, tetapi pada persatuan dan kesadaran setiap warga negaranya, terlebih dengan fenomena dari DFK (Disinformasi, Fitnah serta Kebencian) yang masif menjadi tantangan tersendiri dalam ruang digital saat ini.
Oleh karena itu , menjaga persatuan juga berarti bijak dalam menanggapi serta menyebarkan konten konten di ruang publik digital. Sikap bijak, saling menghargai dan menahan diri dari konflik digital menjadi kunci untuk melindungi stabilitas , keharmonisan dan persatuan bangsa, seperti kutipan seorang filsuf romawi kuno ,Marcus Eurelius yang berkata " You have power over your mind not outside events" (kita mempunyai kekuatan untuk mengendalikan cara kita merespons informasi dan opini yang kita dapatkan).
Salam Persatuan
Ayu Hendranata
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI