Lihat ke Halaman Asli

Rizky Purwantoro S

pegawai biasa

Kisah 3 Orang Ayah

Diperbarui: 23 November 2022   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar dari hip hipwee.com

Ini kisah pendek tiga orang laki-laki. Ketiganya merupakan sesosok ayah, bapak, atau papa yang telah menempuh kerasnya kehidupan demi dapat menafkahi keluarganya secara layak.

Yang pertama adalah paman, bapak mertua, dan bapak penulis sendiri.

Mereka berhasil menafkahi anak-anaknya hingga semuanya telah dewasa saat ini. Banyak pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk memenuhi tanggung jawab besar tersebut.

Keringat dan bisa saja darah telah mengucur dan kemudian mengering selama jihad itu mereka lakukan. Perjalanan jauh dari tempat mencari nafkah bolak-balik ke rumah bukanlah jarak yang dekat dan mudah, nyatanya itulah yang harus mereka tempuh setiap harinya.

Namun mungkin memang hampir takdir semua orang tua itu sama. Jasa mereka sudah pasti tidak akan pernah terbalaskan. Seandainya ada yang bisa dikasih anak-anaknya tetap saja tidak sebanding dengan pengorbanan mereka.

Tubuh-tubuh yang dulunya kokoh dan kekar pada akhirnya seakan-akan tinggal seperti tulang yang terbungkus kulit keriput. Tatapan mata mereka sudah tidak setajam pada saat masih jayanya dahulu, begitu pula rambutnya yang sudah banyak memutih sebagai tanda peringatan akan jatah umurnya yang selama ini sudah diberikan.

Di antara ketiganya, yang pertama dan kedua telah lebih dahulu menghadap pimpinan tertingginya. Sang khalik ternyata memanggilnya di saat tidak terduga sama sekali.

Keduanya menghembuskan nafas terakhirnya di saat sepi karena tidak ada keluarganya sama sekali di sisi mereka. Karena yang satu sedang lagi di RS karena terkena Covid 19 sehingga tidak dapat dijenguk sedangkan yang satu lagi terkena serangan jantung saat di rumah sendirian sedang duduk di kursi menghadap kiblat seakan-akan dirinya tahu bakal dipanggil tidak lama lagi.

Sedangkan yang ketiga, syukurlah masih diberikan nafas untuk dapat bertahan sampai saat ini. Namun kehidupan masa tuanya tidaklah sebahagia yang diimpikan.

Dirinya di usia senja seperti itu masih tetap harus mencari nafkah jauh ke kota seberang. Jauh dari keluarga dan sanak saudara.

Karena keterdesakan akan kebutuhan ekonomi, beliau sepertinya tidak memiliki pilihan lain untuk tidak bekerja lagi. Padahal dahulu sempat bekerja di perusahaan yang cukup bonafid namun karena perusahaan itu bubar, jadinya uang pesangon yang seharusnya menjadi hak beliau menjadi tidak didapatkan sepenuhnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline