Lihat ke Halaman Asli

Asfa Davissyah

Mahasiswa Teknik Informatika UIN Malang

Mengurai Pentingnya Software Engineering Operations di Era DevOps

Diperbarui: 30 April 2025   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Markus Spiske on Unsplash

Dalam dunia pengembangan perangkat lunak modern, satu istilah yang terus bergema kuat di banyak organisasi teknologi adalah: Software Engineering Operations, atau sering disebut dengan DevOps. Sebagai seseorang yang sudah lama berkecimpung dalam dunia pengembangan sistem dan manajemen TI, saya melihat sendiri bagaimana pergeseran pendekatan ini bukan sekadar tren, melainkan keharusan.

Dulu, proses pengembangan perangkat lunak cenderung terpisah antara tim developer dan tim IT operations. Developer fokus menulis kode, sementara operations bertanggung jawab pada deployment dan pemeliharaan sistem. Tapi, seiring dengan kebutuhan pasar yang menuntut kecepatan, ketepatan, dan kualitas tinggi secara bersamaan, batas antara dua tim ini perlahan mengabur. Di sinilah Software Engineering Operations berperan.

Apa Itu Software Engineering Operations?

Sederhananya, ini adalah pendekatan yang menyatukan pengembangan (engineering) dan operasi (operations) dalam satu alur kerja kolaboratif. Di dalamnya, terdapat praktik-praktik seperti continuous integration, automated testing, continuous delivery, monitoring real-time, hingga feedback loop dari pengguna langsung.

Tujuannya jelas: menghadirkan perangkat lunak berkualitas tinggi secara cepat dan berkelanjutan.

Bayangkan sebuah aplikasi mobile yang Anda gunakan setiap hari---entah itu e-commerce, ride-sharing, atau media sosial. Setiap fitur baru yang muncul, perbaikan bug, hingga stabilitas layanan yang terus terjaga bukanlah hasil kerja semalam. Itu semua adalah buah dari sistem kerja DevOps yang dirancang matang dalam lingkup Software Engineering Operations.

Mengapa Ini Penting?

Dari pengalaman saya, perusahaan yang masih memisahkan pengembangan dan operasi sering kali menghadapi masalah klasik: keterlambatan peluncuran, kualitas produk yang rendah, serta komunikasi tim yang buruk. Di sisi lain, perusahaan yang menerapkan pendekatan DevOps cenderung lebih adaptif, responsif terhadap masukan pengguna, dan minim kesalahan saat peluncuran fitur baru.

Dalam artikel "DevOps and Software Quality: A Systematic Mapping" yang saya telaah baru-baru ini, disebutkan bahwa DevOps bukan hanya mempercepat proses pengembangan, tetapi juga memiliki korelasi positif terhadap kualitas perangkat lunak itu sendiri. Aspek seperti automasi, budaya kolaborasi, dan pengukuran performa sistem menjadi pilar penting dalam menjaga kualitas produk digital.

Bahkan, penelitian tersebut menegaskan bahwa kualitas tidak hanya dilihat dari keandalan sistem, tetapi juga dari usability (kemudahan penggunaan), efficiency (efisiensi performa), maintainability (kemudahan pemeliharaan), dan portability (kemudahan dipindahkan antar sistem). Semua hal ini dirancang dan dikawal dalam operasi rekayasa perangkat lunak modern.

Automasi: Jantungnya Software Engineering Operations

Jika saya harus menunjuk satu aspek paling berdampak dari pendekatan ini, saya akan menjawab: automasi. Dalam lingkungan pengembangan modern, automasi bukan lagi pelengkap---ia adalah kebutuhan utama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline