Lihat ke Halaman Asli

asep gunawan

Pengabdi di Kabupaten Kepulauan Sula

Kenapa Selingkuh Terjadi: Bukan Soal Orang Ketiga, Tapi Diri yang Terbelah

Diperbarui: 9 April 2025   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Not Yours (Sumber: pexels.com/edit_canva.com)

(Seri "Tafsir Rasa" - Esai Kedua)

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari esai sebelumnya "Nyaman yang Membuat Bertahan, Cinta yang Membuat Bertanya", yang mengurai dilema antara rasa tenang dan rasa cinta. Kali ini, kita menyelami lebih jauh konsekuensi dari dilema itu, ketika seseorang gagal bersikap jujur pada dirinya sendiri.

Kadang yang kita salahkan orang ketiga. Padahal yang pecah lebih dulu adalah hati yang tak jujur pada dirinya sendiri.

Selingkuh seringkali dianggap sebagai pengkhianatan karena kehadiran orang ketiga. Banyak yang berpikir, jika tidak ada pihak luar yang datang menggoda, maka hubungan akan aman-aman saja. Tapi bagaimana jika akar dari perselingkuhan bukan berada di luar, melainkan justru di dalam diri sendiri? Bagaimana jika yang benar-benar rusak bukan ikatan dengan pasangan, tapi keselarasan antara hati dan keberanian untuk jujur?

Banyak orang yang selingkuh tidak sedang jatuh cinta pada orang lain. Mereka sedang kehilangan bagian dari dirinya sendiri yang dulu pernah hidup. Mereka bertahan dalam hubungan yang stabil, penuh rutinitas, tapi diam-diam merasa kosong. Dan ketika ruang kosong itu tak disadari, maka apa pun yang memberi rasa hidup akan tampak menggoda. Di sinilah selingkuh terjadi. Bukan karena orang ketiga terlalu kuat memikat, tapi karena seseorang terlalu lemah untuk mengakui bahwa dirinya telah terbelah.

Selingkuh Tidak Selalu Soal Orang Ketiga

Banyak pasangan yang hancur karena hadirnya orang ketiga. Tapi terlalu sering kita lupa bahwa orang ketiga hanyalah akibat, bukan sebab. Ia hanya muncul saat sesuatu dalam hubungan mulai renggang. Orang ketiga adalah gejala, bukan akar. Akar itu sering kali tersembunyi dalam ruang batin pasangan yang merasa kehilangan makna.

Dalam buku "The State of Affairs", Esther Perel menyebut bahwa perselingkuhan jarang sekali semata soal seks. Justru yang lebih sering terjadi adalah pencarian terhadap bagian diri yang dulu pernah hidup: merasa dihargai, diperhatikan, atau bahkan merasa istimewa. Bukan soal tubuh yang lain, tapi tentang perasaan yang dulu hilang.

Ketika Diri Terbelah Tapi Tak Diakui

Perselingkuhan seringkali dimulai jauh sebelum ada pelukan, atau bahkan sebelum ada pesan yang disembunyikan. Ia bermula saat seseorang berhenti merasa hidup dalam relasinya sendiri. Namun karena tidak sadar atau tidak berani jujur, ia tetap menjalani hari demi hari seolah semuanya baik-baik saja. Padahal jauh di dalam, ada kehampaan yang terus membesar.

Shirley Glass dalam "Not Just Friends" menyebut bahwa banyak perselingkuhan terjadi dari kedekatan emosional yang dibiarkan tanpa batas. Bukan karena niat buruk, tapi karena celah itu dibiarkan terbuka. Dan ketika celah terbuka, semua yang masuk akan terasa lebih hangat dari apa yang seharusnya dijaga.

Mencari Pelarian dari Diri Sendiri

Banyak orang yang berselingkuh tidak sedang mencari orang lain. Mereka sedang mencari dirinya sendiri. Versi dirinya yang dulu bahagia. Versi dirinya yang dulu merasa penting. Orang ketiga hanyalah cermin tempat mereka melihat bayangan masa lalu yang mereka rindukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline