Bulukumba -- Tempo hari percakapanku dengan kawan cukup mengasyikkan. Di persimpangan jalan perumahan tempatku menetap Ia menceritakan sebuah desa di Kabupaten Bulukumba. Desa yang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Desa tersebut bernama Desa Kahayya yang terletak di Kecamatan Kindang, Bulukumba.
Dengan ekspresi wajah serius, bibir tak henti menggambarkan suasana di desa tersebut. Ia menggambarkan keindahan barisan bukit-bukit yang tertata rapi yang setiap pagi hari ditutupi oleh kabut putih tebal, desisan air sungai Balantieng mengalir dan terdengar dari ketinggian, bahkan ia menceritakan matahari terbit berikut keindahan warna-warna langit yang mengiringi.
Dengan semangat yang menggebu-gebu Ia juga menceritakan tentang kopi khas daerah tersebut. Sebagai penikmat keindahan ciptaan Tuhan tentu rasa penasaran untuk berkunjung ke tempat yang ia ceritakan pun muncul.
Kurang lebih 2 bulan berlalu setelah mendengar cerita kawanku. Tibalah saatnya rasa penasaranku dibayar tuntas. Kesempatan untuk berkunjung langsung ke Desa Kahayya ini kudapatkan dengan mengikuti kegiatan Blogger Trip bersama rekan-rekan penggiat blog lain dari Makassar.
Perjalanan menuju Bulukumba dimulai sore hari, yang ditempuh selama 4 jam, dan kami akhirnya sampai malam hari. Harapan untuk sesegara mungkin sampai di Desa Kahayya hampir buyar dikarenakan kendaraan yang kami gunakan kewalahan menghadapi kejamnya medan yang dilalui, sungguh malam ini terasa sangat panjang dan melelahkan.
Tak seperti malam sebelumnya, gelap malam dan suhu dingin lebih terasa. Tak ada lampu jalan dan penerang lainnya, yang ada hanya suara "nying-nying" dari serangga yang entah apa namanya. Dengan mengandalkan penerang dari handphone yang separuh perjalanan hanya tersimpan di kantung celana karena tak ada sinyal, ku tapaki langkah demi langkah yang sebelumnya ku lalui dengan berkendara tapi terhenti karena ekstrimnya jalan.
Tak terasa kurang lebih 4 km jalan yang sebagian telah dilakukan pengerasan dan sebagian lainnya hanya tanah dan bebatuan telah ku lalui. Tak lama berselang sampailah pada satu rumah yang selanjutnya dijadikan tempat beristirahat malam ini. Rumah tersebut adalah milik Pak Marssan, ketua dari salah satu kelompok tani di desa tersebut dan salah satu orang yang berjasa baik bagi kelompok taninya maupun bagi desanya.
Tak disangka ku jejakkan kakiku di Desa Kahayya. Desa yang terletak di Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba. Untuk sampai di desa ini membutuhkan waktu kurang lebih 5 jam dari Kota Makassar melalu jalur darat. Tetapi saya tak sendirian, ditemani kerabat dari The Asia Foundation (TAF), Sulawesi Community Foundation (SCF) dan tim program peduli dari kemitraan serta teman-teman blogger lainnya.
Perjalanan kami di desa ini bukan tanpa alasan. Desa ini merupakan salah satu sasaran dari program inklusi sosial dari program peduli kemitraan. Inklusi sosial merupakan sebuah upaya memandirikan dan mengangkat martabat bagi masyarakat yang secara sosilogis tersisihkan dalam kehidupan sosial dikarenakan alasan agama, ras, suku budaya hingga keterbatasan akses terhadap hak-hak yang bersifat umum seperti, infrastuktur, kesehatan dan Pendidikan.
Desa ini dijadikan sasaran inklusi sosial karena letaknya yang bisa dikatakan terpencil karena berjarak kurang lebih 30 km dari ibukota Kabupaten Bulukumba. Desa ini berada diketinggian 900-1500 mdpl. Bisa dibayangkan bagaimana posisi desa ini dengan akses menuju desa yang ekstrim. Oleh karenanya, masyarakat cenderung kurang tersentuh baik dari segi fasilitas maupun kebijakan dari pemerintah daerah.
Pagi menjelang, sekitar pukul 08.00 WITA secangkir kopi telah tersuguh di atas meja. Tak hanya kopi saja, ada juga teh kopi minuman dari hasil seduhan daun kopi yang telah dihaluskan. Teguk demi teguk minuman-minuman tersebut telah habis seiring dengan santainya percakapan Pak Marssan bersama dengan kerabat dari The Asia Foundation (TAF), Sulawesi Community Foundation (SCF) dan tim dari program peduli kemitraan.