Lihat ke Halaman Asli

Arlin Saputra

Mahasiswa

Rintangan Menuju Toga

Diperbarui: 21 September 2025   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku masih ingat betul masa-masa ketika kuliah di Universitas Teuku Umar. Saat itu aku bersemangat sekali, membayangkan masa depan yang cerah dan cita-cita yang bisa segera kugapai. Namun kenyataan tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Perjalanan kuliahku di sana harus berakhir dengan kegagalan. Rasanya sakit sekali, seakan dunia runtuh menimpa pundakku. Malu pada orang tua, kecewa pada diri sendiri, bahkan sempat terlintas keinginan untuk menyerah dan berhenti kuliah selamanya.

Namun dalam gelap itu, aku menemukan cahaya kecil. Aku menyadari bahwa kegagalan bukanlah akhir segalanya. Allah hanya mengubah jalanku, bukan menutupnya. Dari situlah aku memilih untuk bangkit kembali, melanjutkan pendidikan di STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, tepatnya di Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

Di sinilah aku merasa menemukan rumah baru. Setiap mata kuliah, setiap praktik, dan setiap diskusi membangkitkan kembali semangat yang dulu sempat padam. Aku belajar bukan hanya tentang komunikasi, jurnalistik, atau public speaking, tetapi juga tentang bagaimana menyampaikan pesan kebaikan dengan nilai-nilai Islam. Semakin lama aku merasa, mungkin inilah jalan terbaik yang Allah pilihkan untukku sejak awal.

Perjalanan ini tidak mudah. Ada banyak tantangan, rasa lelah, dan kadang teringat kembali pahitnya kegagalan di masa lalu. Tapi setiap kali aku goyah, aku selalu membayangkan satu hal: hari wisuda. Hari ketika aku berdiri di atas panggung dengan mengenakan toga, namaku dipanggil, dan aku maju dengan senyum penuh syukur. Aku membayangkan wajah ayah dan ibuku yang tersenyum bangga dari kursi tamu undangan. Wisuda itu bukan sekadar gelar, melainkan bukti bahwa aku bisa bangkit setelah terjatuh.

Bagiku, wisuda impian menjadi bagian dari Prodi KPI STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh adalah penutup perjalanan panjang yang penuh luka sekaligus awal dari babak baru yang penuh harapan. Ia adalah persembahan untuk orang tuaku yang tidak pernah berhenti mendoakan, meskipun dulu aku pernah mengecewakan mereka. Ia juga menjadi bukti untuk diriku sendiri, bahwa kegagalan bukan berarti kalah selama aku mau bangkit dan mencoba lagi.

Kini aku percaya, setiap orang punya waktunya masing-masing. Dan aku yakin, saat aku mengenakan toga nanti, aku bukan hanya sedang merayakan kelulusan, tetapi juga sedang merayakan kemenangan terbesar dalam hidupku: kemenangan melawan kegagalan, keraguan, dan rasa putus asa. Wisuda impian itu adalah doa yang sedang aku perjuangkan, doa yang semoga segera Allah kabulkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline