Lihat ke Halaman Asli

Aris Heru Utomo

TERVERIFIKASI

Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Kisah Pak Daeng dan Keinginan Berjumpa Anak Cucunya di Tawau

Diperbarui: 17 Juli 2025   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pak Daeng di Pelabuhan Tawau menggunakan AI, sumber gambar: Dokpri Aris Heru Utomo

"Namanya juga orang tua, apalagi sudah berusia lebih dari 77 tahun. Tenaga tak lagi seperti dulu, ingatan pun sering hilang timbul. Jadi, jangan kaget kalau tiba-tiba mereka datang begitu saja, hanya karena rindu ingin melihat anak dan cucu tercinta," ujar penulis kepada Wati (bukan nama sebenarnya) saat berjumpa bapaknya di Konsulat RI Tawau beberapa hari lalu.

Ya hari itu, penulis memfasilitasi perjumpaan seorang WNI lanjut usia (77 tahun) sebut saja bernama Pak Daeng dan anak-anaknya di ruang konsultasi Konsulat RI Tawau, Sabah.

Saat dijumpai pertama kali, Pak Daeng memakai topi merah untuk menutupi rambut putihnya dan mengenai kaos coklat bergaris, celana jins dan bersarung. Pak Daeng baru saja selesai sarapan nasi kuning dan segelas kopi hitam. Meski terlihat lelah, namun wajahnya memperlihatkan sedikit kebahagiaan karena sebentar lagi akan dijemput anak-anaknya di Tawau.

Dari laporan polisi Tawau yang membawa Pak Daeng ke Konsulat RI Tawau, diketahui bahwa Pak Daeng berangkat sendirian dari Tarakan menggunakan kapal laut dan tiba di Pelabuhan Tawau tengah hari. Hingga malam ia masih di Pelabuhan dan terlihat kebingungan. Polisi Tawau yang memperhatikannya kemudian menyapa dan menanyakan tujuannya.

Dari percakapan dengan polisi terungkap bahwa ia datang untuk menemui anak-anaknya, namun tidak memiliki alamat maupun nomor kontak anak-anak yang akan dikunjunginya. Karena merasa iba dan mengingat usianya yang lanjut, malam itu juga polisi membawanya ke Konsulat RI Tawau.

Saat dimintai keterangan di Konsulat RI Tawau, jawabannya konsisten yaitu ingin menemui anak-anaknya (juga cucu-cucunya) di Tawau tetapi tidak tahu di mana mereka tinggal dan ia sendiri tidak memiliki identitas selain paspor.

Sambil menunggu pagi, Pak Daeng pun diinapkan di tempat pelindungan WNI yang terdapat di Konsulat RI Tawau.

Selanjutnya, malam itu juga staf Konsulat RI Tawau berkoordinasi dengan kepolisian  Nunukan dan Tarakan untuk memintakan bantuan mencari nomor kontak salah satu anggota keluarga Pak Daeng. Setelah melakukan pencarian, akhirnya didapat nomor kontak salah seorang anaknya yang ternyata bertempat tinggal di Kota Kinabalu (sekitar satu jam penerbangan dari Tawau). Belakangan diketahui, bahwa nomor kontak yang didapat bukanlah nomor anaknya, tetapi cucunya.

Setelah cucu tersebut dihubungi, ia memberikan kontak salah seorang putri Rasjid yang tinggal di Tawau yang bernama Wati. Setelah dihubungi, Wati pun datang ke Konsulat bersama kakak sulungnya dan ipar perempuan (istri almarhum kakak ketiga mereka, yang wafat sekitar sebulan lalu).

Dari obrolan saat menanti kedatangan keluarga, diketahui bahwa Pak Daeng pernah tinggal dan bekerja di Tawau sebagai mandor perusahaan penebangan kayu (kayu balak). Ia tinggal bersama istri dan kelima orang anaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline