Lihat ke Halaman Asli

Arif RahmatTriasa

Islamic Studies (Concentration in Islamic Educational Psychology)

Revitalisasi Nilai-nilai Sosial Kader dalam NDP HMI

Diperbarui: 11 Mei 2020   08:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perkembangan sejarah manusia menciptakan perkembangan ilmu pengetahuan sebagai landasan berfikir ideologis dalam prilaku etisnya, dan tindakan politik dalam eksistensinya dalam sosial. Kemudian perkembangan sejarah melahirkan dinamika perbedaan ideologi, paham, pemikiran dan pandangan dalam wujud problem sosial dalam kehidupan manusia. 

Dalam perjalanan pembangunan bangsa Indonesia, terdapat desakan nilai-nilai sosial yang berakibat terhadap terbentuknya degradasi moral yang ditengarai dengan proses globalisasi yang merupakan keniscayaan sejarah.

Kebudayaan di Indonesia secara umum lekat dengan simbol-simbol keagamaan, dalam arti memiliki tingkat religiusitas yang tinggi, ternyata dapat dipengaruhi gelombang modernisasi ini.

Fakta sosial menunjukkan kuatnya penetrasi gelombang tersebut dalam bidang sosial dengan tumbuhnya sikap individualistik yang ditandai dengan melemahnya kepedulian dan solidaritas sosial, tumbuhnya budaya komsumerisme dan materialisme, merebaknya prilaku hedonistik di kalangan generasi muda, yang mengakibatkan rusaknya tatanan budaya sosial kita yang mewariskan kebersamaan, gotong royong, toleransi terhadap multikultural, disorientasi nilai-nilai keberagamaan. 

Kondisi ini menciptakan kepribadian ganda yang melahirkan stigma split personality, kekeliruan tentang jati diri. Kondisi ini menjadi sangat parah dengan mengakarnya korupsi, kekerasan sosial, kejahatan seksual, kapitalisme, yang merupakan wujud penindasan dan ketidakadilan sosial.

Hal diatas mesti diselesaikan, akan bertambah parah jika tidak. Upaya filterisasi terhadap perkembangan sejarah mesti dilakukan. Kita tidak bisa menolak mentah-mentah perubahan, karena arus ini secara positif mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dna tenologi. Tinggal bagaimana menangkal pengaruh negatifnya. 

Upaya tersebut adalah revitalisasi nilai-nilai sosial yang bersumber dari ajaran agama yang diyakini, dalam konteks bahasan kita tentang ajaran Islam, yang sumber ajarannya berasal dari al-Qu'an dan Hadist. Yang dapat dikatakan revitalisasi adalah menyemarakkan kembali semangat atau daya hidup setelah mengalami masa-masa kemunduran dan kemerosotan. Dan revitalisasi nilai-nilai tersebut dikaitkan dengan konteks kekinian.

Dasar nilai-nilai sosial dalam kerangka keislaman adalah Tauhid. Menurut Ali Syariati, tauhid merupakan world view yang bersifat mistis-filosofis dalam melihat realitas kosmis alam semesta tanpa adanya dikotomisasi. 

Semuanya adalah kesatuan dalam trinitas antara Tuhan, manusia dan alam. Realitas sosiologis umat yang jatuh akibat keterbelakangan selama beberapa abad yang berakibat lemah rasa dalam kepercayadirian menghadapi superioritas peradaban barat, menurut Hassan Hanafi membutuhkan pemahaman tentang dimensi Ketuhanan (Tauhid) yang ditransformasikan untuk mengokohkan eksistensi kemanusiaan dalam relatitas kehidupan, dengan melakukan derivasi sifat-sifat Tuhan melahirkan nilai-nilai kemanusian yang dilakirkan dari sikap ikhlas kepada Tuhan dalam proses ikhtiar kehidupannya, sehingga mewujudkan kesejahteraan manusia.

NDP merupakan gambaran ideologis Islam. Menjadkan kerangka ini mendobrak pola-pola tradisi yang menghambat peradaban. Madzhab ideologis yang dipaparkannya menentang pola agama yang di konsepsi oleh Emile Durkheim sebagai bentuk keyakinan warisan, karena jika pola agama yang bersifat pengetahuan kultural ini tetap dijalankan, mengakibatkan tidak adanya daya nilai-nilai dan kekuatannya melalukan gerakan, komitmen dan tanggungjawab serta kesadaran sosial, sehingga efeknya seperti yang telah kita paparkan di atas, yang pola seharusnya adalah merupakan manifestasi dari semangat ideal akan kemanusian sejati.

Maka dalam kerangka ini, Tauhid adalah nilai universalitas dalam memandang dunia mesti dijadikan pondasi dasar. Karena kehidupan ini adalah bentuk ketunggalan dan tidak ada diskriminasi didalamnya atas dasar ras, kelas, darah, kekayaan, kekuasaan, dan lainnya. Sehingga gerakan sosial kita membentuk pola melawan tindakan-tindakan syirik dalam bentuk thagut/penindasan dan dzalim/ketidakadilan terhadap kemanusiaan, karena melawan nilai ketuhanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline