Lihat ke Halaman Asli

Arianto Triwahyudi

Seorang manusia biasa dengan berbagai hobby, diantaranya bermusik dan menulis

Kekalahan (Kegagalan) Hanya Untuk Pengecut

Diperbarui: 11 Oktober 2025   03:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

            Masih teringat jelas kekalahan Tim Nasional Indonesia atas Arab Saudi, pada pertandingan pertama Round 4 Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Group B, yang berlangsung pada Kamis, 9 Oktober 2025 dini hari Waktu Indonesia Barat. Tim Nasional Arab Saudi, yang saat ini menduduki peringkat 59 dunia (berdasarkan rilis FIFA pada 18 September 2025), unggul tipis 3-2 atas Indonesia. Walaupun mendapat dukungan penuh dari warga Arab Saudi, namun Green Falcons tidak mampu menang lebih dari 1 (satu) gol atas Tim Nasional Indonesia, yang berstatus tandang dengan peringkat 119 dunia. Sebuah ironi yang nyata mewujud, karena bagaimana mungkin, sebuah Tim Nasional berperingkat 59 dunia dan bermain di hadapan pendukungnya sendiri, namun tidak mampu menang lebih dari 1 (satu) gol atas Tim Nasional peringkat 119 dunia?

            Terlepas dari itu semua, dalam konteks kehidupan sehari-hari, kita pasti pernah mengalami kekalahan atau kegagalan. Mungkin gagal saat ujian sehingga memaksa kita harus remidi. Mungkin juga gagal saat interview pekerjaan. Gagal membangun bahtera rumah tangga karena ditinggal nikah duluan (kok jadi malah curhat ya? Jangan baper ya...... Hehehehehehe....), dan masih banyak lagi. Itu semua sangat manusiawi dan wajar terjadi, dan justru menjadikan hidup jadi lebih berwarna, kayak pelangi.

            Saat mengalami kekalahan atau kegagalan, terdapat berbagai pilihan defense mechanism yang dapat kita pilih sebagai alternatif solusi yang dapat menenangkan hati. Mulai dari menangis seorang diri, di dalam kamar pribadi, yang sunyi nan sepi, meratapi nasib, yang kian terlihat bermuram durja (meniru sajak dan syair pujangga). Bisa juga dengan jalan-jalan ngemall sambil makan bakso, soto, kacang ijo, campur coto. Atau mengunjungi makam keramat, bersama si Amat, yang punya anjing jahat dan suka menjilat. Ataupun juga mencari tali rafia, milik si Via, anak Ibu Ria, yang sangat penggembira, untuk dibuat bunuh diri ala-ala.

            Seribu satu pilihan alternatif dapat kita pilih untuk sekedar menenangkan diri di saat kita menerima kekalahan atau kegagalan. Terpenting dari itu semua adalah, bagaimana kita tetap bisa bertahan serta survive melanjutkan hidup dan kehidupan kita, walaupun dengan hati merintih perih. Namun, minimal kita bisa tetap menikmati hobby dan kegemaran kita, misalkan makan soto ayam yang lezat dan gurih, karena kita masih hidup, serta mau belajar dari kekalahan yang kita alami.

            Belajar dari kekalahan yang kita alami sangat penting dilakukan, jika kita masih tetap komit untuk meraih kemenangan. Minimal kita harus melakukan introspeksi diri, mengevaluasi penyebab kekalahan kita. Dalam konteks timnas, tim pelatih kudu mau dikrtik dan mendengar masukan atau saran yang membangun. Pun demikian juga dengan para pelatih, official, penonton dan wasit. Lho, kenapa jadi penonton dan wasit juga kudu ikutan disentil sih? Iyalah, wong namanya juga solusi global yang menyebabkan seluruh dunia tercemar. Eh, itu polusi kali? Oh iya, lupa.... Beti sih.... Hehehehehe.....

            Contoh, pebisnis dalam dan luar negeri yang telah sukses menjadi raja bisnis di bidangnya masing-masing. Jika kita mau membaca otobiografi mereka masing-masing, pasti kita akan mendapati kenyataan, bahwa di balik kesuksesan mereka saat ini, terdapat berbagai macam peristiwa kekalahan dan kegagalan yang telah mereka semua lalui. Justru dari kekalahan dan kegagalan itulah, mereka semakin terpacu, melakukan banyak evaluasi dan introspeksi diri, melakukan riset mendalam dengan mencari penyebab kekalahan dan kegagalan kemarin, juga solusinya agar tidak lagi mengalami kekalahan dan kegagalan yang kedua kali. Ibarat peribahasa, mereka berusaha agar tidak terperosok ke dalam lubang yang sama untuk yang kedua kalinya. Mereka selalu beranggapan bahwa sebagai manusia, sangatlah wajar jika mengalami kekalahan atau kegagalan, namun, tidak boleh berbuat kesalahan yang sama, yang dapat mengakibatkan kekalahan atau kegagalan kedua atau ketiga kalinya. Bagi orang yang sukses, masalah yang datang adalah cara terbaik untuk menguji mental, kecerdikan, kecerdasan, intelektual serta fisiknya, bukan untuk dihindari dan melarikan diri dari masalah. Masalah hanyalah sebuah tantangan untuk dihadapi, bukan untuk dihindari, dan hanya pengecut sajalah yang tidak berani menghadapi masalah (gile lu... nulis udah kayak penyair aja lu.... wkwkwkwkwkwk)

            Akhirnya, dapat ditarik kesimpulan, bahwa masalah adalah bagian wajar dari kehidupan manusia. Semua manusia pasti memiliki masalah. Tidak ada manusia yang tidak memiliki masalah. Hidup manusia sendiri itupun sudah termasuk masalah. Hidup dan masalah adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, karena itu, jangan menghindari masalah, karena pasti kita tidak akan mampu menghindar dari masalah.

            Lantas, apa yang semestinya kita lakukan ketika menghadapi masalah? Pertama, rubah mindset kita dengan menganggap masalah adalah tantangan yang harus dihadapi. Kedua, mencari akar masalah, dan berusaha mencari jalan keluar terbaik dari setiap akar masalah yang dihadapi. Ketiga, jangan lupa berdo`a kepada Tuhan, untuk diberi kemudahan dalam mencari solusi setiap masalah. Keempat, jika mengalami kekalahan (kegagalan) pertama, kedua, ketiga, keempat dan seterusnya, jangan lantas menjadikan kita berputus asa serta berkeinginan bunuh diri. Ingatlah, bahwa ketika kita mati, maka kita tidak lagi bisa menikmati makanan favorit kita, tidak lagi bisa bermain game online favorit kita, tidak lagi bisa bertemu dengan crush favorit kita, tidak lagi bisa ngadem di mall favorit kita, tidak lagi bisa beraktivitas favorit kita alias bobo' manis dan indah, hehehehehe.

            Masa kita mau nyerah hanya kepada masalah? Inget, bro, dunia ini penuh dengan masalah. Masalah datang sebagai tantangan bagi kita untuk bisa naik level kehidupan. Wajar kalau kita kalah. Itu adalah hal yang sangat manusiawi. Namun, kita juga harus bangkit. Kita tidak boleh kalah oleh masalah, apalagi kalah dengan bayang-bayang ketakutan kita sendiri, macam takut kalah, takut salah, takut gagal, takut melangkah, takut dihina, takut tidak disukai, takut dijauhi, takut tidak punya teman, takut ditolak atau takut ditinggalkan (kok jadi baper sih??? Hehehehehe). Yang jelas, takut adalah salah satu sifat dari seorang pengecut. Lantas, apakah kita mau tetap dianggap pengecut? Kalau kita tidak mau dianggap pengecut, maka kita harus bangkit dan menjadi berani. Berani memiliki harapan, berani bermimpi, berani menghadapi kenyataan masa depan, berani menghadapi tantangan, berani mengambil risiko, berani membuat inovasi berkelanjutan, berani bertanggung jawab atas perbuatan kita, berani menyatakan perasaan, eits, gak boleh baper. Hehehehehehe.

             Intinya, kita semua kudu bangkit. Kekalahan dari Tim Nasional Arab Saudi kudu cepat kita lupakan. Lakukan evaluasi cepat tentang penyebab kekalahan itu. Galang dan bangun kembali kepercayaan diri pada semua tim, bahwa untuk fase dan pertandingan selanjutnya, kita bisa menang. Bangun juga kembali komunikasi, kolaboratif dan sinergitas di tubuh tim. Ciptakan kondisi yang kondusif kembali di tubuh tim. Bayangkan saja, bermain di kandang lawan yang mendapatkan dukungan penuh suppoter fanatik lawan, dengan peringkat dunia yang berselisih jauh, namun kita hanya kalah selisih 1 (satu) gol. Sementara lawan berikutnya yang akan kita hadapi, yaitu Tim Nasional Irak, memiliki peringkat dunia yang hanya berselisih 1 (satu) strip diatas Arab Saudi, dan bertanding di tempat netral (kandang Arab Saudi). Secara matematis seharusnya kita bisa menang, atau minimal seri. Namun, jika berbicara tentang target, adalah wajar jika targetnya adalah setinggi langit, yaitu berani memasang target dan yakin bisa menang telak, demi menjaga semangat juang dan kepercayaan diri pada tim (set dah, dah kayak pengamat aja lu).

             Perlu juga penyadaran pada tim, bahwa kalah itu wajar dan jangan pernah takut kalah, ataupun malah takut tidak lolos Piala Dunia. Lupakan target lolos Piala Dunia untuk sementtara waktu dari alam bawah sadar semua tim. Ciptakan mindset bahwa lolos Piala Dunia itu bukan satu-satunya cita-cita yang harus diraih. Jaga kondisi mental tim sehingga tidak terbebani target yang berat. Yang penting adalah bagaimana tim bisa bermain lepas dan tanpa beban, sehingga bisa bermain tiki-taka cantik dengan kombinasi umpan crossing dan terobosan akurat, ditunjang kerjasama apik. Ingat, tahun 2004, Timnas Yunani sukses menjadi Juara Piala Eropa, setelah di partai final mengalahkan Timnas Portugal yang berstatus tuan rumah, dengan kerjasama tim yang apik dan strategi yang tepat. Penting juga membangun kembali sepemahaman komunikasi non verbal pada tim, agar mengetahui pergerakan tanpa bola dari rekan tim di dekatnya (kelas si Mamat nih, bukan pengamat, hehehehehe).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline