Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Tukang Parkir di Pasar Tradisional

Diperbarui: 19 Juni 2025   15:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Pertumbuhan ekonomi belakangan ini yang semakin seret banyak memukul pelaku usaha mikro dan kecil. Ditambah lagi dalam kurun sepuluh tahun terakhir perubahan perilaku konsumen yang semakin banyak belanja secara daring atau online.
Banyak komplek pertokoan dan mal semakin sepi. Demikian juga pasar-pasar tradisional merasakan betapa berkurangnya konsumen.

Pasar tradisional di Jodog, Bantul. | Dokumen pribadi

Semakin sepinya konsumen tentu saja lorong-lorong semakin leluasa untuk dimasuki sepeda motor. Sekali pun ada rambu larangan masuk untuk sepeda motor.
Alasan pemotor cukup masuk akal. Hanya berbelanja tak lebih dari sepuluh ribu kok harus membayar uang parkir dua ribu.
Tentu saja hal ini membuat pendapatan tukang parkir juga ikut merosot tajam. Terutama di pasar tradisional yang tidak seramai pasar besar atau pertokoan.

Seikhlasnya. | Dokumen pribadi

Tak ingin kehilangan pendapatan ada tukang parkir yang sengaja tidak mematok ongkos parkir. Diberi berapa pun mau. Lima ratus rupiah, tak ditolak. Seribu rupiah, tak apa. Dua ribu rupiah, alhamdulilah. Pokoknya ikhlas.
Mematok ongkos kuatir diviralkan sebagai tukang parkir liar yang memalak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline