Lihat ke Halaman Asli

Fatkhul Muin kabarseputarmuria

TERVERIFIKASI

Jurnalis Warga,Wiraswasta,YouTuber

Melihat Pasar Pagi Jepara, Hasil Kebun Semua Ada

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_21453" align="alignleft" width="500" caption="suasana pasar pagi Jepara m nuansanya tradisional dan penuh kerakyatan"][/caption]

Habis lebaran yang lalu saya mengantarkan anak sulung saya kembali mondok dan sekolah di tempat adik saya Pondok Pesantren Roudlatul Mutaalimin Babat Lamongan. Karena Bis yang ditumpanginya berangkat pagi-pagi maka sehabis subuh saya antar dia ke Terminal Jepara naik sepeda motor. Sampai di terminal , bis jurusan Surabaya sudah menanti dan penumpangnya pun hampir penuh. Dengan cekatan anak saya naik bis dan mencari tempat duduk yang nyaman, seraya mohon doa pada saya dan mencium tangan sebagai tanda perpisahan.

Sebelum pulang naluri jurnalistik saya muncul lalu setang sepeda motor, saya arahkan ke sebelah utara terminal wow ada pemandangan yang cukup menarik untuk dilihat. Dalam suasana yang masih remang-remang dari jauh terdengar suara orang riuh rendah , makin dekat kelihatan orang bergerombol kebanyakan wanita . Setelah dekat nyatalah pemandangan sebuah pasar hasil bumi dengan berbagai komoditas kebun dan hutan, diantaranya pisang, kelapa, petai, jengkol, nangka, mangga , Jambu , daun kelapa, daun jati dan juga daun pisang. Jumlah dagangannyapun cukup banyak ada yang digendong, diangkut dengan becak banyak pula pedagang yang menggunakan mobil.

Menurut beberapa pedagang yang ditemui Pasar Pagi Jepara ini mulai ramai sekitar jam empat pagi , dan puncaknya sekitar jam lima pagi , kemudian berangsur sepi dan berakhir sekitar jam delapan pagi. Pedagang dan pembeli yang datang di Pasar pagi ini datang dari pasar-pasar di sekitar Jepara seperti Pasar Bangsri, Mlonggo, Pecangaan, Mayong dan Tahunan. Selain itu pedagang luar kotapun datang untuk mengambil dagangan sari Pasar Pagi ini diantaranya pedagang dari Kudus, Demak dan Semarang. Karena sifatnya yang cepat , Pedagang yang berjualan di Pasar ini tidak mempunyai lapak , namun dagangan langsung digelar di lantai beton. Pembeli memilih barang yang diminati, lalu terjadi tawar menawar sejenak , setelah terjadi kesepakatan harga barang dibayar lalu dipindah tempat atau langsung dibawa pulang.

“ Saat ini baru musim pisang , sehingga dagangan disini didominasi buah pisang dari berbagai jenis , namun hasil bumi lainnya juga ada , kalau mau komplit datang saja jam 4 pagi suasananya ramai sekali “ Ujar seorang bapak yang menunggui istrinya jualan kelapa dan nangka pada kompasiana yang melihat dari dekat suasana Pasar pagi belum lama ini.

Memang pasar rakyat semacam ini saat ini jarang kita temui, yang ada jadi pasar swalayan yang tidak memerlukan tawar menawar , sehingga suaranya tidak terdengar hingar bingar. Namun demikian kadang kala kita rindu pada hal-hal tempo dulu. Oleh karenanya kita perlu mengajak anak-anak kita melihat Pasar tradisional atau pasar rakyat ini. Di sana kita bisa melihat para penjual dan pembelinya dengan pakaian yang bersahaja , dengan penuh keakraban mengadakan tawar menawar dan akhirnya tercapai kesepakatan dipembeli dapat barang yang diinginkan dengan harga murah , si penjualpun mendapat uang yang esok harinya kembali membawa barang dagangan begitu seterusnya. (Fatkh.M)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline