Lihat ke Halaman Asli

Mina Apratima Nour

:: Pluviophile & Petrichor ::

Puisi | Petang Ini, Aruna...

Diperbarui: 14 Mei 2020   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(image: World News)

Di sudut kota tua, jemari silih menggenggam harapan. Tanpa lambaian, erat beradu pandang. Seolah esok ia 'kan hilang. Lalu-lalang pedagang asongan tak dihiraukan. Matanya hanya tertuju pada sesosok periang. Sebentar lagi senyum tak mengembang. Seiring langit meredup, rona berubah masam.

Sepenggal puisi dibacanya. Syahdu berkaca pada tiap aksara. Sadar, bahwa ada ia dalam tiap tanda baca. Bahwa dirinya menghidupi tiap larik, tiap jeda. Memetik cemas pada lembarnya, tak ingin selesai segera. Ketahuilah, Ar, serupa gelap nan perlahan melumat jingga, seperti itu pula kesedihan. Datang mengendap untuk merajai pejam. Memberangus pancarona dalam sekejap kilatan.

Aruna,... hari ini biarkan sedikit bahagia menaungi bumantara. Biarkan sebentar saja, ia menikmati sempurnamu yang tiada tara. Demi segala, aku ingin merekam saat ini selamanya. Berbincang denganmu, tentang masa depan kita yang tak sederhana. Sebelum mimpi menjadi celaka. Sebelum nyata berubah fana. Jangan beranjak, Ar! Biar larik-larik puisiku membasahi sekujur tubuhmu. Meresap pada nadi, pada apa yang membuatnya abadi.

Dalam keramaian, Ar, kau tahu? Tak ada ketenangan selain engkau. Pundi sukmaku telah terisi penuh. Melahap utuh takdir yang terjatuh.

Aruna,...
Petang ini aku sambut senja yang baru terlahir, bukan berakhir.

- Jakarta, 13 Mei 2020 -




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline