Lihat ke Halaman Asli

Apdoni Tukang

Mahasiswa

Jadi Mahasiswa Berdampak: Membawa Solusi Untuk Masyarakat

Diperbarui: 26 Agustus 2025   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengabdian di Desa Leleseng: PKM-PM (Dok: Tim PKM)

Jadi Mahasiswa Berdampak: Membawa Solusi Untuk Masyarakat

_"Air bukan sekadar kebutuhan dasar, melainkan denyut kehidupan yang menentukan martabat manusia."_

Misi Air Bersih dari Kampus ke Pedalaman

Angin pagi menyapu lembut hamparan hijau Desa Leleseng, sebuah desa terpencil di Kecamatan Kao Barat, Halmahera Utara. Di balik keindahan alamnya yang menawan, desa ini menyimpan persoalan mendesak yang telah lama membelenggu: krisis air bersih.

Berjarak lebih dari seratus kilometer dari pusat Kota Ternate, Desa Leleseng belum merasakan kemewahan yang bagi kita terasa biasa: memutar keran dan menikmati air jernih. Meski telah dilakukan pengeboran di dua titik, air yang dihasilkan masih belum layak konsumsi. Lebih dari 29 sumur galian tersebar di desa ini, namun hanya tiga yang dapat dimanfaatkan penduduk. Sisanya mengalirkan air keruh, berbau, bahkan kadang berlumpur.

Semy Sidin (43), salah satu warga setempat, menyampaikan keluhannya dengan mata berkaca, "Masyarakat masih kesulitan karena air yang biasa digunakan hanya di dua titik dengan jarak lokasi yang saling berjauhan, menyulitkan masyarakat, apalagi di musim kemarau."

Kondisi ini menyentuh hati kami. Kami, lima mahasiswa lintas jurusan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Khairun (Unkhair) Ternate---Apdoni Tukang (Sastra Indonesia), saya sendiri Agung, bersama Raesanda Mutiara Hamzah, Siti Marsa Hi. Anwar, dan Fahmi N. Bayan (semuanya dari Sastra Inggris)---menginisiasi langkah nyata dalam program Pengabdian Masyarakat (PKM-PM). Di bawah bimbingan Bapak Ridwan, S.Pd., M.Pd., yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan III, kami hadir membawa solusi: pemberdayaan air bersih berbasis kearifan lokal.

Ketika Air Menjadi Simbol Harapan

Dalam setiap jengkal perjalanan kami ke Leleseng, kami menyaksikan wajah-wajah lelah namun penuh harap. Ibu-ibu yang memanggul jerigen dari titik air ke rumah sejauh hampir dua kilometer. Anak-anak yang terbiasa mandi di air berwarna kelabu. Kami menyaksikan bukan hanya kekurangan infrastruktur, tapi kekurangan keadilan.

Saya teringat kutipan Pramoedya Ananta Toer yang berbunyi, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah." Saya ingin melanjutkannya, "...dan selama air bersih tak diperjuangkan, kemanusiaan akan terus tercerabut dari akarnya."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline