Lihat ke Halaman Asli

Any Sukamto

Belajar dan belajar

Tahun Ajaran Baru 2020, Tahun Ajaran bagi Kita untuk Bersabar

Diperbarui: 16 Juli 2020   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi oleh Pexels@Pixabay.com

Berita yang beredar di media masa berkaitan dengan tahun ajaran baru ternyata menjadi perhatian anak-anak juga. Harapan mereka bisa berangkat sekolah kembali dan berkumpul bermain bersama teman-teman sangat besar. 

Bukan hanya terjadi pada anak-anak usia SD yang masih suka bermain, putri saya yang lulus SMA tahun ini pun berharap bisa kembali beraktivitas bersama teman-teman sekolah. Bagaimana tidak, adanya pandemi telah memupuskan harapan mereka saling berjabat tangan dan berpelukan erat saat perpisahan. 

Ujian nasional yang ditiadakan, pengumuman kelulusan yang hanya bisa dirayakan tanpa kemeriahan, dan perpisahan layaknya pulang sekolah biasa. Tanpa ada seremonial meninggalkan bangku sekolah dan seragam putih abu. 

Diperparah dengan ujian masuk perguruan tinggi yang persyaratan dan pelaksanaannya sangat istimewa. Jadwal yang terus diundur hingga belum jelas kapan mulai aktivitas pertama perkuliahan. Jenuh semakin menumpuk katanya. 

Namun, semua negara juga mengalami hal ini. Bukan hanya di negeri kita tercinta. Dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan untuk menjalani hingga pandemi berlalu. 

Melihat awal tahun ajaran baru 2020 kali ini, hanya ada keprihatinan yang dalam. Anak-anak yang biasanya menikmati awal masa sekolah dengan tas, baju, buku dan sepatu baru, kali ini hanya bisa tampil berseragam tanpa bersepatu lalu menyimak tayangan pembelajaran melalui gadget. 

Tanpa ada interaksi dengan teman di sekolah. Tanpa ada budaya salim pada Bapak dan Ibu Guru. Tanpa ada ucapan selamat datang dan penyambutan serta masa orientasi di sekolah bagi siswa baru.

Bagi siswa yang naik kelas pun hanya sebentar saja pembelajaran melalui daring. Tak bisa menikmati canda dan tawa bersama teman, terlebih bagi yang baru kenal. 

Ilustrasi oleh McMurryJulie@Pixabay.com

Sistem pembelajaran seperti ini sangat tidak bisa dinikmati oleh anak-anak. Terkesan sangat membosankan dan menghabiskan biaya untuk beli pulsa. Namun, semua pasti ada kelebihan dan kekurangan. 

Ada tantangan agar kreatif menghadirkan metode pembelajaran yang tidak membosankan dan bisa diikuti semua siswa. Namun, menjadi kendala besar bagi sekolah dan siswa yang tidak didukung dengan fasilitas memadai. 

Tanpa bermaksud menyalahkan siapa pun, pembelajaran daring sebenarnya sangat tidak cocok diterapkan untuk anak-anak sekolah. Selain mereka butuh belajar berinteraksi dengan lingkungan sekitar, mereka juga butuh sarana untuk mengeksplorasi kemampuan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline