Lihat ke Halaman Asli

Berawal dari Tunjangan, Berakhir dengan Lindasan.

Diperbarui: 29 Agustus 2025   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash


Di tengah panasnya jalanan, dua sisi yang mestinya saling berangkulan, diobrak-abrik penguasa hingga hilang akal.

Empati memang kata mahal. Maka jangan salahkan rakyat mengaspal.

Di sana, adu domba tercium kerasnya. Pasukan berseragam siap melawan apabila terjadi kekerasan. Entah siapa yang mulai duluan. Tetap saja mereka sudah dihadapkan berlawanan.

Prajurit pun hanya bisa menjawab "siap, laksanakan!". Tidak punya pilihan. Situasi yang sulit agaknya menjauhkan hati dari keprihatinan. Maka jangan harap kasih sayang. Yang ada, justru keberingasan.

Di tengah situasi penuh konflik, mestinya kalian tetap bisa memakai akal. Itulah mengapa kalian menjadi pilihan. Akh, mungkin karena masuknya pun dengan uang jadi wajar kalau akal tak sanggup kalian gunakan.

Kini, nyawa pun melayang. Saudara Affan digilas rantis. Begitu tragis! Dihadapan ratusan mata saja, kalian berani semena-mena.  

Entah bagaimana nasib puluhan orang yang ditahan. Mereka sudah pasti kepayahan. Mungkin hidupnya penuh ancaman.

Sementara yang asyik bergoyang, tak muncul. Satupun tidak ada yang gagah mewakili. Padahal kami bayar kalian untuk aspirasi.

Pun pemerintah. Akh... payah!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline