Mungkin para pembaca akan sepakat dengan saya bahwa diantara tempat-tempat angker yang sering disebut orang sebagai yang paling angker adalah Kuburan, Pohon Beringin dan Rumah Sakit. Setelah itu barulah nama-nama tempat lain seperti Gedung Tua, Bekas Pabrik , Rumah Tua dan lainnya.
Saya pikir salah satu penyebab mengapa RSU sering disebut sebagai tempat paling angker karena RSU adalah sebuah tempat dimana paling banyak orang menghembuskan nafas terakhirnya disana baik para pasien yang sudah sakit parah dan sudah dirawat lama ataupun pasien sakit parah yang baru saja masuk. Selain itu para korban kecelakaan lalu lintas dan korban kecelakaan lainnya juga mampir ke tempat itu termasuk untuk korban pembunuhan yang dibawa dulu ke RSU untuk proses otopsi ataupun lainnya.
Kita bayangkan saja bila RSU itu merupakan peninggalan belanda yang berumur puluhan tahun maka sudah tidak terhitung lagi banyaknya orang yang sudah meninggal disana. Mungkin itulah yang menyebabkan mengapa setiap RSU di wilayah manapun di Indonesia pasti punya cerita misterinya masing-masing.
Pengalaman saya dengan RSU peninggalan Belanda sebenarnya cukup banyak karena sempat tinggal berpindah di beberapa kota. Di Jakarta ada 2 RSU yang pernah saya kunjungin dan bermalam disana. RS Cipto Mangunkusumo di kawasan Cikini dan RSAD Gatot Subroto di kawasan Kwitang. Keduanya dibilang orang sebagai tempat Angker tetapi menurut saya tidaklah seperti itu.
Saya pernah ikut membantu menjaga Pasien di malam hari di RS Cipto dan pernah juga ikut menunggu salah satu kerabat yang diotopsi di kamar Jenazah di RS tersebut tetapi nyatanya saya tidak menemukan/ merasakan hal-hal yang aneh disana.
Mungkin karena di RS Cipto itu terlalu ramai. Banyak keluarga pasien yang jaga malam sehingga setan-setan disana tidak punya mood untuk menggoda. Hahahahaha.
Hal berbeda terjadi di RS Angkatan Darat Gatot Subroto di kawasan Kwitang. Keluarga pasien yang menjaga malam sangat sedikit. Di areal RS yang luas juga terdapat pohon-pohon besar sehingga kalau malam memang suasana cukup hening dan mencekam.
Ketika saya ikut jaga malam disana, pada waktu itu Kakek dari sahabat saya di rawat di lantai 2 Paviliun Kartika. Saya sempat turun ke areal parkir untuk mencari makanan. Dan sekembalinya ke ruang pasien, ketika naik lift saya merasa tidak sendirian lagi di lift tersebut. Seperti ada orang lain yang bersama-sama naik lift tetapi tidak Nampak orangnya. Hanya terasa ruangan lift agak sesak saja.
Kejadian itu tidak mengganggu saya karena saya pernah mengalami hal yang berbeda ketika berada di RS PMI Bogor, di RSU Gunung Jati Cirebon dan di RSUD Jayapura Papua dimana kesemuanya itu RS peninggalan Belanda.
RSU PMI Bogor situasinya sama dengan RSAD Gatot Subroto. Sama-sama berarea luas dengan pohon-pohon besar di halamannya. Waktu itu (tahun 2003) ada sekitar 2 minggu lebih saya menginap di RS PMI Bogor untuk menjaga almarhumah ibunda yang sakit. Kebetulan hanya saya anak laki-laki yang terdekat (tinggal di Jakarta) sementara abang-abang saya di luar Jawa.
Banyak orang bilang RS PMI Bogor angker karena setiap ada kecelakaan lalulintas di Tol Jagorawi korbannya selalu dibawa kesitu. Begitu juga dengan kecelakaan lainnya di wilayah Bogor dan sekitarnya.