Lihat ke Halaman Asli

Bajik Vs. Bijak

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menyimak ulasan tempo [masih] tentang tragedi kapal Costa Concordia yang menyatakan bahwa sang Kapten tanpa persetujuan pihak Costa telah membawa kapal yang berbobot lebih dari seratus ton ituberlayar terlalu dekat dengan Pulau Giglio untuk menghormati Antonello Tievoli, yang keluarganya tinggal di pulau tersebut.

Seperti yang terungkap setelah kejadian, Tievoli meminta keluarganya memandang ke luar jendela pada pukul 21.30 pada hari itu .

MEMANG apabila kecelakaan itu tidak pernah terjadi mungkin suatu saat nanti ketika Schettino pensiun dari pekerjaannya dia akan dikenang sebagai Kapten yang Bijak dan berhati mulia setidaknya oleh segelintir orang tapi apa mau dikata, malang tak dapat ditolak, keputusan sang Kapten berujung tragedi yang tidak hanya merugikan dirinya sendiri tetapi juga ribuan penumpang dan awak kapalnya sendiri.

Disini kita bisa menarik hikmah dari kejadian tersebut bahwa berbuat bajik (baca : baik) haruslah dilandasi dengan sikap bijak, apakah kebajikan kita terhadap seseorang atau hanya segelintir orang tidak merugikan lebih banyak orang lain lagi.

Tak jarang perbuatan yang kita lakukan dibutakan oleh hanya alasan sepele, sebagaipembuktian atas sesuatu yang tak jelas manfaatnya, yang bahasa kerennya showing off, atau hanya karena alasan konyol dikalangan anak mudayang biasamereka sebut sebagai Man’s Code (meminjam istilah dari keponakan), Romantisme , dan masih banyak alasan lain.

Saya tak hendak menafikan perbuatan baik yang oleh semua norma agama dan masyarakatsangat dianjurkan, tetapi saya rasa kebajikan haruslah dilandasi dengan kebijaksanaan.

Salam Kompasiana




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline