Lihat ke Halaman Asli

Pemanasan Global di Indonesia dan Mitigasi oleh BMKG

Diperbarui: 8 Februari 2018   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemanasan global (Global warming) adalah bagian dari perubahan iklim. Pemanasan Global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan permukaan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18 C (1.33 0.32 F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke 20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalu efek rumah kaca.

Matahari memancarkan sinarnya dalam bentuk radiasi ultraviolet ke bumi yang akan diterima oleh bumi dan dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah.  Sinar matahari masuk ke bumi sebagai panas, yang sebagiannya dipantulkan kembali ke angkasa (oleh permukaan bumi yang berwarna muda misalnya awan dll)  sebagiannya lagi diserap baik oleh permukaan bumi yang berwarna agak gelap maupun oleh “gas-gas rumah kaca” yang terkandung dalam atmosfer.  Gas-gas rumah kaca ini bertindak layaknya “benda hitam”, di mana cahaya yang datang akan dipantulkan kembali sebagai panas (cahaya dengan panjang gelombang pendek yang disebut inframerah.  Semakin pendek panjang gelombangnya, semakin panas).  Semakin banyak kandungan atau konsentrasi gas-gas rumah kaca ini, semakin banyak panas yang dilepaskan, maka semakin panaslah atmosfer bumi.  Ini yang disebut sebagai efek rumah kaca (greenhouse effect).

Pemanasan global yang berlangsung peralahan tapi pasti ini menyebabkan mencairnya lapisan es di kutub utara dan selatan dan mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah pulau-pulau kecil tenggelam. Kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir terancam. Permukiman penduduk dilanda banjir rob akibat air pasang yang tinggi, dan ini berakibat kerusakan fasilitas sosial dan ekonomi.

Pemanasan global yang terjadi di lokasi tersebut juga mempengaruhi ekosistem makhluk hidup di sana. Mengakibatkan punahnya berbagai jenis fauna. Flora dan fauna memiliki batas toleransi terhadap suhu, kelembaban, kadar air dan sumber makanan. Kenaikan suhu global menyebabkan terganggunya siklus air, kelembaban udara dan berdampak pada pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat laju produktivitas primer.

Pemanasan global juga mempengaruhi pemanasan air di laut. Mengakibatkan rusaknya terumbu karang dan ekosistem di bawah laut. Mengancam kerusakan terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang yang ada di enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Kepulauan Salomon, Papua Nugini, Timor Leste, dan Philipina. Lebih dari 50 persen spesies terumbu karang dunia hidup berada di kawasan segitiga ini. Berdasarkan data Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), sebanyak 30 persen terumbu karang dunia telah mati akibat badai el nino pada 1998 lalu. Diprediksi, pada 10 tahun ke depan akan kembali terjadi kerusakan sebanyak 30 persen.

Pemanasan Global yang terjadi di Indonesia berdampak pada perubahan iklim yang tidak menentu. Misalnya perubahan awal musim kemarau dan penghujan. Berdasarkan data dari NOAA, tercatat perbedaan Panjang musim kemarau pada tahun 1997 dan tahun 2010. Panjang musim kemarau pada tahun 2010 semakin singkat dan semakin sulit untuk diprediksi.

h-5a7c5dc2caf7db5465531137.png

Berdasarkan data BMKG, pemanasan global juga mempengaruhi kenaikan suhu muka laut di Indonesia. Terdapat perbedaan yang signifikan antara suhu muka laut di tahun 2010 dan tahun 1998 dan kenaikan suhu rata-rata di kota-kota besar di Indonesia misalnya Ibukota Jakarta pada tahun 1973-2009.

i-5a7c5d6af1334427fd5f69f2.png

Sektor perikanan sangat rentan menjadi korban dari dampak pemanasan global. Sebagai negara maritim, tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan di Indonesia. Belum lagi bencana yang akan ditimbulkan oleh Pemanasan Global di Indonesia. 

Oleh karena itu diperlukannya adaptasi (upaya untuk mengatasi akibat/dampak dari perubahan iklim) dan mitigasi (upaya untuk mengatasi penyebab dari perubahan iklim). BMKG sebagai lembaga pemerintah Indonesia melakukan kegiatan untuk mendukung rencana aksi adaptasi pada sektor infrastruktur daerah pesisir yaitu penyedian data dan informasi terkait:

1. Informasi penyediaan tempat aman & peta jalur evakuasi bila terjadi tsunami (ketinggian);

2. Info tentang kondisi ekstrim cuaca kelautan (gelombang tinggi, angin, arah dan pergerakan siklon tropis);

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline