Lihat ke Halaman Asli

Andrian Habibi

Kemerdekaan Pikiran

"Bunuh Pemuda, Kubur Masa Depannya"

Diperbarui: 5 Januari 2018   05:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi pribadi

Bantai generasi muda untuk mengubur masa depan. Mungkin itulah kalimat yang pas sebagai penyentil.

Bahwa generasi muda adalah tunas pembaharuan. Wajib dirawat dengan penanganan khusus. Tapi bila diinjak, maka harapan berkembang dan memberi mamfaat pun sirna.

Dalam hal politik, pemuda sering mendapatkan perlakuan tidak adil. Kadang mereka hanya menjadi pekerja, pelaksana, panitia atau pembantu. Tenaga dan pemikiran habis terkuras dengan dalih "masa proses".

Selama mereka berkembang, pemuda hanya mendapatkan pemaksaan untuk belajar dan mengerjakan perintah senior. Alasan umum yang mendapatkan pembenaran adalah pasal senioritas.

Bahwa ada pasal pertama, senior tidak pernah salah. Kedua, bila senior salah kembali pada pasal pertama.

Dengan pasal senioritas, berlakulah sistem antrian. Junior wajib antri. Senior mendapatkan kesempatan pertama dalam pelbagai hal. Kenapa? Karena senior adalah senior. Mereka hebat. Sedangkan junior? Belajar dulu. Nanti ada waktunya.

Nanti? Kapan? Sampai junior menjadi junior tua? Atau sampai seniornya meninggal dunia?

Belum lagi muncul pasal penindasan dan pembunuhan. Sebuah tragedi, saat seorang pemuda pembelajar harus stres. Kalau bisa meninggalkan komunitas. Karena senior merasa terganggu akan gerakan pembaharuan sang pemuda.

Padahal, semua masa ada kisah tersendiri. Lalu, kisah-kisah memiliki tokoh tersendiri. Sehingga, tidak ada alasan pemuda terhambat. Apalagi dengan alasan yang tidak masuk akal.

Mungkin kita bisa melihat pelbagai kejadian matinya pemuda. Bukan mati dalam hal meninggal dunia. Tetapi mati dalam keaktifan akibat politik.

Sehingga, ada kecenderungan senioritas mengancam perkembangan politik. Bukan hanya itu, potensi kematian organisasi pun bisa terjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline