Lihat ke Halaman Asli

Menyikapi Adanya Mural dan Kebebasan Berpendapat!

Diperbarui: 17 Agustus 2021   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mural Presiden Indonesia dari waktu-ke waktu (sumber ilustrasi: bbc.com)

Masih segera diingatan kita, kasus penangkapan pembuat mural '404: Not found' pada dinding terowongan inspeksi Tol Kunciran-Bandara Soekarno Hatta di Batuceper, Kota Tangerang, Banten.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan mural tersebut, yang membuat heboh yaitu adanya gambar yang diduga sebagai wajah Presiden Jokowi.

Tagar #Jokowi404NotFound pun jadi tranding di twitter dan ramai dibahas para netizen.

Setelah ramai di jagat dunia maya, aparat kepolisian dan TNI segera turun tangan untuk mencari pelaku pembuat mural tersebut. Hal inilah yang menjadi sorotan publik, kenapa sampai harus membuat polisi dan TNI turun tangan.

"Tetap diselidiki itu perbuatan siapa. Karena bagaimana pun itu kan lambang negara, harus di hormati," kata Kasubbag Humas Polres Tangerang Kota, Kompol Abdul Rachim, Jumat (13/08/21).

Para pakar sosiologi politik dan pengamat kebebasan menilai  penghapusan sejumlah mural yang berisi kritik sosial menunjukan karakter pemerintah yang 'paranoid terhadap kritik'.

Dengan adanya hal ini, tentu masyarakat akan mengganggap citra pemerintahan Presiden Jokowi sebagai pemerintah yang 'anti kritik'. Secara tidak langsung kejadian ini tentu menurunkan elektabilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Jokowi.

Padahal Indonesia adalah negara demokrasi, hal ini seakan melunturkan makna dari demokrasi itu sendiri.

Banyak pakar menilai tindakan ini sebagai tindakan yang kurang bijak. Menurut Arsitek dan Ahli Tata Kota, Bambang Eryudhawan. Ia beranggapan pemerintah tidak seharusnya bersikap represif.

Perlu ada sudut pandang yang luas mengenai mural ini. Mural merupakan seni dan keindahan yang digunakan sebagai media mengemukakan pendapat yang ingin disampaikan masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline