Lihat ke Halaman Asli

Arofah

Hanya aku

Dilema Penilaian Daring (Bagian I)

Diperbarui: 16 Oktober 2020   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dilema Penilaian Daring

Oleh: Arofah

Setiap pagi, seorang guru berangkat ke sekolah dengan berseragam rapi, lengkap denagn sepatu fantovel ala-ala pegawai kantoran. Berangkat penuh semangat dan senyum sumringah.

Sesampainya di halaman sekolah tak ada suara ribut dari murid-murid. Suasana sangat lengang, hanya ada beberapa teman sejawat, yang sama-sama tampak mencari suara riuh bocah-bocah.

Ya! Sekarang sedang musim pandemi, COVID19. Sudah beberapa bulan sekolah dilaksanakan dengan metode daring atau sekolah jarak jauh. Dengan memanfaatkan kecanggihan media elektronik, atau yang sering disebut dengan handphone.

Guru memberikan pembelajaran dan tugas melalui beberapa cara, ada yang melalui sosmed, atau beberapa layanan Google class room. Hal ini, sontak menjadikan guru seperti artis sosmed. Bagaimana tidak, karena setiap hari harus membuat video pembelajaran untuk dikirim ke peserta didik.

Pandemi ini, telah merubah tatanan kehidupan masyarakat. Bahkan dunia pendidikan pun mendapat imbas yang luar biasa. Semua kegiatan dilakukan dengan memanfaatkan hand phone.

Ini merupakan hal baru, yang megharuskan seorang guru terus belajar dan terus belajar, agar bisa menyampaikan materi dengan maksimal, tidak memberatkan siswa dan membuat kemudahan untuk siswa belajar secara mandiri atau pun didampingi oleh orang tua.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran daring juga mempunyai kelemahan pada saat penilaian. Seorang guru, hanya bisa melihat hasil pekerjaan siswa yang dikirim. Tanpa bisa mengetahui proses dan cara siswa mengerjakan tugas.  Tentu ini penilain menjadi tidak fair.

Pada prakteknya (khususnya pada tingkat Sekolah Dasar), yang notabane-nya masih usia anak-anak, dan sangat butuh bimbingan orang dewasa, terkadang orang tua kurang sabar saat melakukan bimbingan, atau tidak punya  banyak waktu untuk melakukan pendampingan kepada putra-putrinya, sehingga menempuh jalan pintas dengan mengambil alih tugas putra-putrinya, dengan mengerjakannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline