Lihat ke Halaman Asli

Konstan Aman

Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Kemelut Muatan Investasi Pendidikan di NTT Masa Kini

Diperbarui: 23 Januari 2021   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Seword. com

Sebelumnya tulisan ini pernah dipublikasikan pada majalah dinding sekolah dua tahun lalu. Akan tetap hemat saya masih relevan untuk dipublikasikan kembali ke dalam portal Kompasiana ini.
Asumsi dasar diusungnya tulisan ini adalah bahwa pendidikan di bumi NTT sekarang ini telah menjadi ironi. Lajunya mutu pendidikan yang diperjuangkan terhambat dalam konteks parsial namun berimbas secara eksistensial terutama terhadap perkembangan pendidikan itu sendiri. Ada beragam penyimpangan yang terjadi misalnya: praktik pungutan liar yang kerap menjajah anak sekolah, korupsi yang dilakukan oleh para pendidik, kekerasan terhadap anak sekolah dan sebagainya. Berangkat dari realitas inilah maka penulis berani mengusung tulisan ini agar nilai integral dari pendidikan itu sendiri tidak tercoreng akan tetapi tetap hidup secara autentik melalui sikap kritis yang solutif.  


Muatan Investasi dari Pendidikan  


Perlu diketahui bahwa investasi yang penulis maksudkan adalah bukan hanya soal penanaman modal berupa uang dan sejenisnya melainkan lebih kepada pendidikan sebagai wadah penanaman manusia yang berintegral. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat urgen bagi kehidupan manusia. Nilai integral dari pendidikan meliputi aspek multidimensial kehidupan manusia baik itu progresivitas sosial, politik, ekonomi maupun budaya yang melekat dalam pribadi manusia. 

Aspek-aspek tersebut menyatu secara berintegritas dan membentuk pribadi manusia yang berspiritual, sosial, berhati nurani, atau yang dalam filsafat manusia disebut sebagai sifat manusia yang personalistik, yaitu masalah jasmani-rohani, sebagai makhluk individu-sosial, makhluk yang bebas dan makhluk yang menyejarah. 

Maka pendidikan tidak boleh tergoda untuk mengembangkan kehebatan dan perkembangan aspek intelektualitas semata-mata, melainkan harus memberikan aksentuasi dan perhatian yang seimbang terhadap setiap aspek kepribadian manusia. (Nelsensius Klau Flauk; 2008, hlm. 4-5).


Berdasarkan paradigma tersebut maka letak investasi dari pendidikan itu sendiri tidak hanya mengacu pada tuntutan aspek rasionalitas intelek saja melainkan aspek holistic yang mengarah pada proses pembentukan karakter manusia sebagai persona. Pembentukan karakter yang holistic tersebut bergantung pada orientasi pedagogis yang diperoleh secara langsung dari proses yang dilakukan. Anak-anak sekolah setiap harinya pergi ke sekolah berkewajiban untuk menimba ilmu pengetahuan yang diperoleh dari guru. Selain hanya menimba ilmu pengetahuan saja mereka juga belajar menumbuhkan karakter mereka melalui respek dengan kedisplinan, belajar bersopan santun, beretika terhadap teman, guru dan masyarakat. In-put yang diperoleh tersebut sejatinya terus tertanam hingga menghasilkan out-put yang mumpuni dalam rupa prestise-prestise yang diraih. Bahkan lebih daripada itu, karakter yang terus tertanam tersebut menjadi tanda pengenal yang membedakan anak sekolah dan bukan yang sekolah dalam masyarakat. Inilah gambaran sederhana sebagai tujuan dari proses pendidikan kita saat ini. Gambaran sederhana tersebut akan semakin lengkap melalui kajian filosofis tentang pendidikan itu sendiri.


Pandangan Filosofis tentang Pendidikan


Pendidikan tidak hanya 'ada' dan nampak begitu saja melainkan ia 'ada' karena terdapat alasan di balik 'ada'nya. Pendidikan 'ada' sebab subjek dan objek dari 'ada'nya itu adalah manusia. Dari ada-nya ini, pendidikan berani memecahkan persoalan yang tersambang dalam diri manusia sebagai persona. Ia mampu menampilkan wajah ganda yang membuat manusia semakin abstrak untuk dikaji. Namun kompleksitas kajiannya mampu meneropong manusia secara spesifik baik jasmaniah maupun rohaniah.


Adapun sepak terjang filosofis dari pendidikan yakni: pertama, pendidikan sebagai suatu fenomen dalam perbuatan; dalam hal ini pendidikan dipandang sebagai objek yang menampakkan diri kepada pribadi manusia. Pendidikan, sebagai objek dapat dibicarakan, dipersoalkan dan digugat karena ia berupa kenampakkan. Lebih lanjut apa yang menampakkan diri itu merupakan perbuatan manusia. Karena itu semua perbuatan manusia senantiasa berkesinambungan dengan pendidikan. 

Kedua, pendidikan sebagai pemanusiaan manusia; secara konkret dapat dikontekskan dari sudut pandang pendidik. Dalam hal ini pendidikan bertujuan mengangkat pendidik ke taraf insane. Pendidik dalam hal ini adalah peserta didik atau manusia muda. Maka pendidikan adalah tindakan pemanusiaan manusia yang meliputi hominisasi dan humanisasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline