Lihat ke Halaman Asli

Ali Musri Syam

Belajar Menulis

Puisi: Memendam Rindu

Diperbarui: 11 Februari 2022   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi Memendam Rindu/ Dokpri @ams99 By. Text On Photo 

Memendam Rindu

Bagaimana aku mendefenisikan senja, sedangkan jingga tak nampak di ufuknya, pucat pasi sejauh mata memandang, hingga ke ujung cekung cakrawala.

Bagaimana aku menerjemahkan purnama, sedangkan cahayanya sedikitpun tak kunjung tiba, meski hari sudah menunjukkan angka ke limabelas; kalender lunar, Ia enggan menampakkan terang semburatnya. Gerimis hujan bertalu-talu, menghalangi berpendar-pendar; tak kuasa atau tak biasa, ataukah hanya sekadar malu-malu hendak bertamu.

Angin lembah bersejingkat mengiringi lereng-lereng, menggoyangkan daun-daun basah, meluruhkan embun-embun resah, di kejauhan nampak sekumpulan kunang-kunang, meski redup cahayanya ia tetap memukau, Aku menikmati kemilaunya

Air sungai mengalir hingga jauh, entah berapa juta hasta jarak tempuhnya, tak pernah lelah, tak sudi jengah, di susuri segala medan; lurus, berkelok, terjal, membatu, berpasir, berlumpur. Semua dalam digdayanya. Hanya satu dalam kelindan pikirnya; muara rindu, lautan kasih, samudera cinta.

Penajam Paser Utara, 07.02.2022
Ali Musri Syam Puang Antong

Puisi Sebelumnya: Kukira Kau Rumah

https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/6200ca8487000043a13cb064/puisi-kukira-kau-rumah

Puisi Pilihan: Semesta Rindu

https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/61d3a65506310e0ec67f8402/puisi-semesta-rindu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline