Lihat ke Halaman Asli

Damara Puteri S

Self healing by writing

Ujian Hidup Manusia

Diperbarui: 27 April 2022   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ketika berhadapan dengan kondisi yang sulit, kita sering mendengar ungkapan, "Sabar ya... Ini ujian dari Allah.". Tak jarang kita mendefinisikan ujian sebagai sesuatu yang sulit, tidak mengenakkan, dan sangat tidak diharapkan terjadi. Bahkan hampir-hampir  tidak bisa kita selesaikan karena merasa terlampau susah. Jika diingat-ingat, telah banyak kenangan pahit yang telah kita lalui. Yakni ketika menghadapi situasi yang benar-benar tidak diduga dan tidak diharapkan.  

Ketahuilah bahwa selama manusia hidup, maka selama itu pula suratan takdir-Nya membuat manusia menjadi makhluk yang harus terus-menerus melakukan amar ma'ruf nahi munkar hingga takdir kematian menjemputnya. Sudah menjadi garis hidup setiap manusia untuk senantiasa berada dalam situasi menghadapi ujian kehidupan sebagai konsekuensi atas eksistensi dirinya. Namun, seperti apa dan bagaimanakah sesungguhnya ujian yang Allah berikan kepada manusia? Apakah selalu berwujud keadaan yang sulit? Bagaimanakah sikap yang benar dalam menghadapinya? 

Manusia, Makhluk yang Diuji

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), ..." (QS. Al-Insan: 2). 

Tumbuhan, binatang, air, api, tanah dan bebatuan, para malaikat yang suci dari dosa, dsb tentu ada sebab dan tujuan mereka diciptakan oleh Allah. Termasuk manusia yang juga memiliki tujuan diciptakan. Namun, tiada ciptaan-Nya yang memiliki tujuan penciptaan seperti halnya manusia, yakni diberikan ujian. Allah-lah, "yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, ..." (QS. Al-Mulk: 2). Bilamana jin pun demikian, maka pembahasan tidak akan sampai ke bagian tersebut sebab data yang dimiliki sangat terbatas.

Konsekuensi menjadi manusia sebagai makhluk yang diuji sepanjang hayatnya adalah suatu keniscayaan yang bersifat universal sesuai kalamullah, "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?" (QS. Al-'Ankabut: 2). Bila seseorang yang mendeklarasikan dirinya telah beriman pada Allah saja masih diuji, maka sudah tentu pula orang-orang yang dalam keadaan tidak sungguh-sungguh beriman pun tak lepas dari ujian Allah (QS. Al-Qalam: 17; Ad-Dukhan: 17; Hud: 7; Al-A'raf: 163).

Tujuan Ujian 

Pembuktian diri sebagai hamba yang beriman dan bertakwa. 

Setiap manusia akan diuji. Yang beriman, maupun yang tidak. Karena tujuan hakiki dari ujian dari Allah, semata merupakan ajang bagi manusia untuk menunjukkan diri sebagai seorang hamba yang taat pada Tuhannya; untuk membuktikan bahwa diri ini adalah hamba yang bersungguh-sungguh istiqomah di jalan yang diridhoi-Nya; yang benar-benar bersabar dan berjuang menjalankan perintah serta menghindari larangan-Nya sesulit apapun itu. Ujian, semata-mata untuk membuktikan bahwa diri ini termasuk ke dalam golongan orang yang mengimani-Nya dalam kesungguhan yang nyata. "Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu..." (QS. Muhammad: 31)

Kalimat yang berbunyi, "sehingga Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu", mungkin terdengar seolah Allah belum mengetahui siapa saja orang yang benar-benar demikian. Padahal, sungguh Allah Maha Mengetahui. Sepertinya ayat tersebut memang bermakna konotasi. Yang menyiratkan bahwa Allah menantang manusia agar membuktikan diri sebagai salah satu orang yang termasuk dalam kriteria tersebut. Yakni yang berjihad dalam arti bersungguh-sungguh melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Dan bersabar dalam arti istiqomah melakukan yang baik dan benar meski sulit dan penuh rintangan. Pemahaman tersebut diperkuat oleh QS. Hud: 7, Al-Kahf: 7, dan Al-Mulk: 2 bahwa Allah menginginkan manusia agar berkompetisi dalam beramal shalih, "untuk menguji siapa yang lebih baik amalnya" dan "yang terbaik perbuatannya".

Kerasnya perjuangan amar ma'ruf nahi munkar, sanggup menjatuhkan semangat para pejuangnya hingga tak jarang di antara mereka ada yang mulai lalai bahkan meninggalkan hal-hal yang seharusnya dihadapi dengan tetap berikhtiar (berusaha) dan tawakal. Di saat yang demikian itu, sesunguhnya Allah ingin kita segera menyadari kesalahan, mengambil pelajaran atas kegagalan, dan kembali pada kebenaran dengan bertaubat (QS. Asy-Syura: 25). Karena Allah Maha Tahu, lagi Maha Pengampun.  

Rupa-rupa Ujian

"Aku tidak peduli atas keadaan susah/senangku, karena aku tak tahu manakah di antara keduanya itu yang lebih baik bagiku" (Umar bin Khattab)

Secara umum, Allah memberikan petunjuk mengenai bentuk ujian hidup manusia. Bahwa perintah dan larangan-Nya adalah ujian (QS. Al-Baqarah: 124 dan QS. Al-Insan: 2). Yakni untuk menguji apakah manusia sanggup istiqomah menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Bahwa kenikmatan (hal-hal baik) dan bencana (hal-hall buruk) adalah ujian (QS. Al-A'raf: 168 dan QS. Al-Anbiya: 35). Yakni untuk menguji apakah manusia masih bersyukur dan mengingat Allah sebagai Tuhannya Yang Maha Kuasa di masa dan kondisi yang lapang maupun sempit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline