Apakah Guru Harus Diam Saja? Ia Cukup Jadi Pengajar, Bukan Pendidik?
Wahai Orang Tua, Didiklah Anakmu Sendiri Jika Tak Mau Didisiplinkan di Sekolah
Di sebuah sekolah menengah di Lebak, Banten, seorang kepala sekolah perempuan dilaporkan ke polisi karena menampar seorang siswa yang kedapatan merokok dan berbohong saat ditegur. Aksi spontan itu (yang oleh pelaku disebut sebagai "tepukan pelan di punggung") berujung pada penonaktifan sementara sang kepala sekolah, mogok massal ratusan siswa, dan perdebatan sengit di ruang publik: Apakah guru masih boleh mendisiplinkan murid?
Pertanyaan ini bukan baru. Tapi intensitasnya kian meningkat seiring dengan maraknya kasus pelaporan guru oleh orang tua atas tindakan disiplin yang dianggap "kekerasan". Di balik kemarahan orang tua, muncul narasi yang mengkhawatirkan: "Guru itu cukup mengajar, jangan mendidik." Seolah-olah tugas guru hanya mentransfer ilmu, bukan membentuk karakter.
Namun, apakah benar demikian?
Guru Bukan Mesin Fotokopi Ilmu
Pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dengan kata lain, mendidik bukan pilihan, itu kewajiban. Dan mendidik tidak mungkin terjadi tanpa disiplin. Tanpa batas. Tanpa konsekuensi atas pelanggaran.
Guru bukan sekadar pengajar (instructor), melainkan juga pendidik (educator). Ia adalah "orang tua kedua" yang membimbing, menegur, dan kadang (dalam batas yang wajar) memberi sanksi ketika aturan dilanggar. Jika guru hanya boleh mengajar dan tidak boleh mendidik, maka sekolah akan berubah menjadi pasar ilmu: murid datang, ambil materi, lalu pergi, tanpa tanggung jawab, tanpa nilai, tanpa karakter.
Ketika Orang Tua Menolak Disiplin Sekolah
Ironisnya, di saat yang sama, banyak orang tua mengeluh:
"Anak saya tidak disiplin!"
"Gurunya tidak tegas!"
"Sekolah tidak bisa mengatur murid-muridnya!"
Namun, begitu guru mengambil tindakan (sekecil apa pun) mereka langsung bereaksi: