Lihat ke Halaman Asli

Alfi Zahri

Mahasiswa

Di Balik Layanan Praktis Ojek Online: Manfaat dan Tantangannya bagi Komunikasi di Indonesia

Diperbarui: 25 September 2025   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fenomena penggunaan aplikasi ojek online seperti Gojek, Grab, dan Maxime telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia. Dari memesan makanan, mengirim paket, hingga bepergian, semuanya bisa dilakukan melalui gawai. Layanan ini tidak hanya mengubah cara orang bergerak di kota, tetapi juga mengubah pola komunikasi kita sehari-hari. Hanya dengan beberapa kali sentuhan di layar ponsel, pengguna dan pengemudi dapat berinteraksi secara cepat dan efisien. Fitur chat, telepon, dan pelacakan lokasi real time menjadi bukti kemajuan teknologi yang mempermudah koordinasi antara pihak yang sebelumnya mungkin tidak saling kenal.

Namun, jika dilihat secara lebih kritis, layanan ini juga menghadirkan tantangan baru. Model bisnis platform ojek online beroperasi dalam kerangka kapitalisme digital, mereka menghubungkan pengemudi sebagai "mitra" dengan konsumen, tetapi sekaligus mengambil komisi dari setiap transaksi. Konsep fleksibilitas yang mereka tawarkan sering kali menyembunyikan ketidakpastian pendapatan dan minimnya perlindungan sosial bagi pengemudi. Di sisi lain, algoritma aplikasi yang berorientasi profit dapat menciptakan ketimpangan akses order antar pengemudi dan meningkatkan tekanan kerja. Persaingan antarplatform juga makin ketat bukan hanya Gojek dan Grab,Maxime dan layanan baru lainnya yang membuat kompetisi harga dan promo semakin agresif. Di satu sisi ini menguntungkan konsumen, tapi di sisi lain menekan margin keuntungan pengemudi.

Bagi masyarakat, kemudahan komunikasi ini kadang membuat ketergantungan. Kita menjadi terbiasa pada layanan instan yang lahir dari kemudahan layanan digital perlahan mengubah ekspektasi masyarakat terhadap komunikasi dan pelayanan publik. Orang semakin menganggap semua hal harus serba cepat, dari pengantaran barang hingga respon layanan dan lupa bahwa di baliknya ada tenaga manusia yang bekerja di bawah tekanan waktu . Karena itu, meski ojek online membawa manfaat besar dalam efisiensi komunikasi dan mobilitas, kita juga perlu mengakui aspek negatifnya,hubungan kerja yang rapuh, monopoli data pengguna, hingga potensi kesenjangan digital bagi mereka yang belum terbiasa dengan teknologi. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline