Lihat ke Halaman Asli

Alfian Misran

Dosen, Akuntan, dan Penulis

Dari Krisis ke Euforia: Bisakah Timnas Indonesia Menghapus Kekecewaan Bursa?

Diperbarui: 19 Maret 2025   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Krisis ke Euforia: Bisakah Timnas Indonesia Menghapus Kekecewaan Bursa? (Ilustrasi AI)

Langit Jakarta tampak muram. Awan-awan gelap menggantung di atas gedung-gedung pencakar langit, seakan mencerminkan suasana hati para investor di Bursa Efek Indonesia. Hari itu, Selasa, 18 Maret 2025, menjadi salah satu hari paling menegangkan dalam sejarah pasar modal Indonesia. IHSG jatuh bebas. Bukan sekadar penurunan kecil, melainkan terjun bebas seperti seseorang yang kehilangan pegangan di tepi jurang. Tak ada pegangan, tak ada harapan, hanya kejatuhan yang menyakitkan.

Di ruang-ruang kantor, para investor menatap layar monitor dengan wajah pucat. Angka-angka merah berkedip tanpa ampun. Detik demi detik, nilai saham mereka menyusut, uang yang semalam masih ada, kini lenyap seperti asap. Di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI), kepanikan menyebar lebih cepat daripada berita resmi. Beberapa orang mulai bicara pelan, lalu semakin keras. "Ada apa ini? Kenapa pasar panik seperti ini?"

Lalu keputusan diambil. Trading dihentikan. BEI menarik rem darurat. Seperti seorang petinju yang menerima pukulan bertubi-tubi, pasar diberi waktu untuk menarik napas, menenangkan diri sebelum kembali ke ring. Tetapi, di luar gedung, bisik-bisik berubah menjadi ketakutan. Apakah ini awal dari kehancuran ekonomi?

Beberapa analis mencoba mencari jawaban. Ada yang menyebut faktor eksternal, ada yang menyalahkan sentimen global, dan ada pula yang percaya bahwa kepanikan ini adalah efek domino dari kebijakan yang salah arah. Namun, di tengah semua spekulasi, datang seseorang yang tak disangka-sangka. Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad.

Kehadiran yang Mengubah Arah

Dasco tiba di BEI dengan langkah tegap. Wajahnya tetap tenang, meski ia tahu bahwa di dalam gedung ini, ribuan orang sedang mengalami krisis kepercayaan. Ia tidak datang untuk menyelamatkan ekonomi dengan kebijakan, bukan pula dengan suntikan dana. Ia datang dengan sesuatu yang lebih sederhana, tetapi tak kalah penting: kepercayaan diri.

Ia berbicara dengan para pemangku kepentingan, menenangkan para investor yang mulai panik, lalu berdiri di depan kamera. "Jangan panik. Pasar akan pulih."

Entah karena kata-katanya atau sekadar kebetulan, tak lama setelah itu, IHSG mulai bangkit. Dari yang semula terjun bebas, angka-angka merah perlahan berubah menjadi biru. Seperti pasien yang hampir koma, tetapi tiba-tiba sadar kembali. Pasar bernafas. Investor mulai tenang. Dasco melangkah pergi dengan senyum tipis.

Seketika, muncul spekulasi baru: Apakah ini kebetulan, ataukah kehadiran Dasco benar-benar menyelamatkan IHSG?

Tapi kisah ini belum berakhir. Dua hari setelah bursa terguncang, Indonesia akan menghadapi pertarungan lain. Bukan di lantai perdagangan, tetapi di lapangan hijau. Timnas Indonesia akan melawan Australia di Sydney.

Timnas Indonesia dan Beban yang Lebih Besar

Dua puluh Maret. Sydney. Indonesia menghadapi Australia dalam laga kualifikasi Piala Dunia. Ini bukan pertandingan biasa. Ini adalah ujian terbesar bagi skuad Garuda dalam beberapa tahun terakhir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline