Di atas kertas, semua orang tahu siapa yang lebih kuat. Australia adalah raksasa Asia. Mereka langganan Piala Dunia, punya pengalaman, dan selalu menjadi ancaman bagi tim-tim dari Asia Tenggara. Sementara itu, Indonesia datang sebagai tim yang sedang dalam masa transisi, mencoba membuktikan diri di panggung yang lebih besar.
Tapi ada sesuatu yang membuat pertandingan ini lebih dari sekadar permainan sepak bola. Hari itu, Indonesia tidak hanya membawa sebelas pemain ke lapangan. Mereka membawa beban kekecewaan sebuah bangsa.
Dua hari sebelumnya, rakyat Indonesia melihat IHSG jatuh. Mereka melihat kekacauan, kepanikan, ketidakpastian. Sekarang, mereka melihat ke layar lain—bukan layar bursa, tetapi layar televisi—menunggu jawaban lain. Bisakah Timnas Indonesia memberikan sesuatu yang bisa mereka banggakan minggu ini?
Karena seperti halnya pasar saham, sepak bola bukan hanya soal angka. Sepak bola adalah soal kepercayaan diri, semangat juang, dan keberanian. Dan itulah yang akan diuji di Sydney.
Jika Dasco Bisa Menyelamatkan IHSG, Bisakah Ia Menyelamatkan Timnas?
Di tengah ketegangan itu, muncul pertanyaan satir yang menggelitik: Jika kehadiran Dasco di BEI bisa mengangkat IHSG dari keterpurukan, apakah kita perlu mengirimnya ke Sydney agar Timnas Indonesia menang?
Tentu saja, ini hanya permainan pikiran. Tapi di dunia yang penuh ketidakpastian seperti sepak bola, siapa yang tahu? Mungkin yang dibutuhkan Timnas bukanlah kehadiran seorang politisi di tribun, tetapi seseorang yang bisa membangkitkan semangat mereka, seperti IHSG yang tiba-tiba bangkit setelah kehadiran Dasco.
Karena pada akhirnya, kemenangan tidak ditentukan oleh angka, analisis statistik, atau teori ekonomi. Kemenangan ditentukan oleh siapa yang paling percaya bahwa mereka bisa menang.
Saatnya Garuda Terbang, Saatnya Bangsa Bangkit
Ketika wasit meniup peluit kick-off, Sydney akan bergemuruh. Ribuan pendukung Australia akan bersorak, mencoba menekan mental pemain Indonesia. Tapi jauh dari stadion, di Jakarta, di Surabaya, di Banjarmasin, di Makassar, di seluruh pelosok Indonesia, dari warung kopi hingga gedung-gedung pencakar langit, jutaan pasang mata akan menatap layar, berharap.
Bukan hanya berharap Timnas menang. Tapi berharap ada sesuatu yang bisa menghapus kekecewaan mereka minggu ini.
Sepak bola tidak bisa menyelamatkan ekonomi. Sepak bola tidak bisa mengembalikan uang yang hilang di bursa.
Tapi sepak bola bisa memberi sesuatu yang lebih penting: harapan.