Lihat ke Halaman Asli

Naskah Proklamasi Yang Di Buang

Diperbarui: 13 Juni 2025   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan tonggak sejarah bangsa yang tidak akan pernah terlupakan. Namun, di balik pembacaan naskah proklamasi yang sakral oleh Ir. Soekarno, terdapat kisah menarik tentang sebuah naskah penting yang sempat dibuang---yakni naskah asli proklamasi tulisan tangan Ir. Soekarno sendiri. Peristiwa ini menunjukkan bahwa sejarah besar kerap menyimpan detail kecil yang hampir saja luput dari perhatian, namun pada akhirnya justru memiliki nilai monumental. 

Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II dan kekosongan kekuasaan di Indonesia, momentum untuk memproklamasikan kemerdekaan pun semakin kuat. Pada malam tanggal 16 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan beberapa tokoh pemuda berkumpul di rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan teks proklamasi. Dalam pertemuan itu, naskah proklamasi disusun oleh Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo. Soekarno menuliskannya sendiri dengan tangan di atas selembar kertas. Setelah disetujui, naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik dengan beberapa perubahan redaksional, yang kemudian dibacakan keesokan harinya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. 

Setelah naskah hasil tulisan tangan selesai dan versi ketikan dianggap sebagai versi resmi, Ir. Soekarno tanpa berpikir panjang membuang kertas tulisan tangan itu ke tempat sampah. Menurut berbagai sumber sejarah, hal ini bukan karena beliau menganggap naskah itu tidak penting, tetapi lebih karena versi ketikanlah yang akan dibacakan dan disimpan secara resmi. Tindakan ini nyaris membuat salah satu dokumen sejarah paling penting itu hilang selamanya. 

Namun, beruntunglah seorang tokoh bernama B.M. Diah (Burhanuddin Mohammad Diah), seorang wartawan dan pejuang kemerdekaan, menyadari pentingnya dokumen tersebut. Ia mengambil naskah dari tempat sampah dan menyimpannya dengan baik selama bertahun-tahun. Ia menyadari bahwa tulisan tangan Soekarno adalah dokumen sejarah yang sangat berharga dan akan sangat berarti bagi generasi mendatang. 

Peristiwa ini mengandung banyak pelajaran berharga. Pertama, ia mengingatkan kita akan pentingnya dokumentasi sejarah. Dalam suasana penuh tekanan seperti saat itu, tidak mudah untuk berpikir panjang soal arsip dan pelestarian dokumen. Namun, keputusan B.M. Diah untuk menyelamatkan dan menyimpan naskah tersebut menunjukkan bahwa kepedulian individu bisa sangat menentukan bagi kelangsungan memori kolektif suatu bangsa.

Kedua, kisah ini juga menunjukkan sisi manusiawi dari para tokoh besar seperti Ir. Soekarno. Sebagai pemimpin revolusi, ia harus bertindak cepat dan fokus pada substansi perjuangan. Tidak semua hal bisa dipertimbangkan secara sempurna di tengah krisis nasional. Namun, tindakan sederhana seperti membuang naskah ternyata nyaris menghapus jejak sejarah penting, yang kini justru menjadi pusaka nasional.

Naskah proklamasi tulisan tangan Ir. Soekarno yang sempat dibuang adalah pengingat bahwa sejarah besar tidak hanya tercipta oleh peristiwa-peristiwa besar, tetapi juga oleh keputusan-keputusan kecil yang diambil secara sadar atau tidak. Berkat ketajaman mata seorang jurnalis pejuang seperti B.M. Diah, bangsa Indonesia masih bisa menyaksikan jejak autentik dari momen kemerdekaan yang agung. Dokumen itu kini menjadi simbol, bahwa kemerdekaan kita bukan hanya hasil perjuangan senjata, tapi juga ketajaman visi dan cinta terhadap sejarah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline