Lihat ke Halaman Asli

Utrujah Alesha

Segersang apapun Ilalang tetap berjuang untuk hidup.

Ketika Mata dan Mulutmu Tak Terkendali

Diperbarui: 28 Februari 2021   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Begitu mudahnya mata ini menatap.Begitu mudahnya mulut ini mengucapkan kata-kata. Tak ingatkah bagaimana kayu yang sudah tertancap paku? Tentu akan membekas. Bahkan tak akan bisa dihilangkan bekasnya. Begitupun dengan kata-kata yang sudah terucapkan. Apalagi kata-kata yang menyakiti lawan bicara. Itu akan diingat selama hidup.

Mungkin menurut diri adalah biasa. Sekedar bercanda, bergurau. Ternyata tidak demikian tangkapan lawan. Bisa jadi sebaliknya. Karena sifat setiap orang tidaklah sama. Maka diperlukan selalu sadar dan ingat siapa lawan bicara kita? Akankah menjadi bumerang apa yang kita ucapkan dan lakukan, ataukah menjadi perekat kebaikan?

Andai hal ini adalah karakter, tak dapatkah hilang dari dalam diri? Tak perlu risau. Karena Allah Maha Kuasa. Sanggup membolak-balik segalanya. Maka mohonlah pertolongan pada-Nya. Mohonlah diberi kekuatan dan kesanggupan untuk mengubah karakter yang tak diinginkan. Seandainya tak dapat diubah, paling tidak berkuranglah.

Sebelum memohon ampun pada Allah, meminta maaflah terlebih dahulu pada lawan yang tersakit oleh mata dan mulut kita.

Berupayalah untuk memperbaiki keadaan diri. Haruskah frontal? Tentu tidak. Haruskah dalam waktu sekejap? Mungkinkah? Insya Allah semua mungkin di dunia ini apabila Allah sudah menghendaki. Berupaya dan berdoalah jangan kenal lelah. Karena putus asa bukanlah sikap seorang muslim. Dan Allah tidak menyukai putus asa. Selalu ingat, Quran surat Yusuf(12) ayat 87 yang artinya, ". . . Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir." Tentu kita tidak ingin dikelompokkan dalam golongan orang-orang yang dibenci Allah kan?

Sahabat baik mengingatkan, bahwa janganlah melihat dan berharap pada manusia. Melakukan kebaikan apapun, besar maupun kecil, tak perlu ingin diterima, ingin dipakai, ingin dihargai, ingin dilihat, dan ingin ingin yang lain pada makhluk. Akan capek pada akhirnya. Sudahi sajalah. Memang tidak mudah selalu menggantungkan diri pada Robb Sang Penguasa Jagat ini. Tapi berupayalah untuk memohon pertolongan diberi kesanggupan dan kekuatan untuk menjadi baik. Karena kebaikan adalah pemberian Allah. Rizqi yang masya Allah, bukan kita yang menentukannya.

Jadi teringat pula pada firman Allah surat Al-Fatihah ayat 5 yang artinya, "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan." Lepaskan segala gundah, lepaskan segala penat, lepaskan segala pikiran yang mengganggu untuk menjadi orang baik. Lakukan yang terbaik. Kembalikan semua pada Sang Pemilik Semesta.

Selalu bergantunglah pada Allah, walaupun hal itu tidak mudah. Sadari bahwa manusia hanyalah makhluk yang tidak stabil. Selalu dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan situasi kondisi hati dan lingkungan. Dengan berlepas diri dari harapan pada makhluk, dan menjalankan shalat serta sabar insya Allah hati dan pikiran akan menjadi tenang.

Ini adalah nasehat diri untuk dapat menjalani hidup ini berupaya hanya selalu bersandar, bergantung, dan berserah diri pada Allah semata. Wallahu'alam bisawwab.

Utrujah
Terataiberbisik
Tamcil24022021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline