Rasa syukur adalah pondasi penting dalam kehidupan seorang Muslim. Nilai ini tidak hanya diajarkan di rumah, tetapi juga menjadi bagian dari pendidikan di sekolah. Sekolah Islam Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara kembali menghadirkan pesan penuh makna melalui Podcast Al-Azhar Asy-Syarif Sumut edisi terbaru bertajuk "Terima Kasih, Ya Allah! #98". Episode ini mengajak para siswa untuk belajar bersyukur atas nikmat Allah, meskipun dari hal-hal yang sederhana dalam keseharian.
Podcast berdurasi sekitar 30 menit ini dipandu langsung oleh seorang Ustazah dari SD Islam Al-Azhar Asy-Syarif bernama Ustazah Kholilah Yuniar Nasution. Beliau tidak hanya menyampaikan pesan menarik, tetapi juga mengajak dua siswa---Abdurahman dan Zia dari kelas Ahmad bin Yasir---untuk berdialog tentang pengalaman pribadi mereka dalam bersyukur. Cara penyampaian yang ringan, interaktif, dan dekat dengan dunia anak membuat episode ini terasa menyenangkan sekaligus mendidik.
Mengawali dengan Renungan Nikmat Allah
Dalam pembukaannya, Ustazah menyampaikan bahwa banyak orang sering lupa untuk mensyukuri nikmat kecil yang Allah berikan. Padahal, justru nikmat-nikmat itulah yang menopang kehidupan sehari-hari.
Beliau mencontohkan tiga hal sederhana yang membuatnya bersyukur:
- Nikmat bernafas dengan lega -- udara dan oksigen yang tersedia gratis adalah karunia besar.
- Tubuh yang sehat -- anggota badan yang lengkap memudahkan kita untuk belajar, beraktivitas, dan beribadah.
- Makanan yang lezat -- di Indonesia tersedia beragam makanan nikmat yang seharusnya membuat kita semakin berterima kasih kepada Allah.
Pesan ini langsung menyentuh hati para pendengar, karena sering kali manusia justru lebih sibuk memikirkan kekurangan daripada mensyukuri kelebihan yang sudah dimiliki.
Podcast Al-Azhar Asy-Syarif Sumut: Ajak Murid Latihan Bersyukur Lewat Hal-Hal Sederhana (Foto: AAIBS)
Dialog Anak-Anak: Syukur Itu Sederhana
Podcast semakin hidup saat Abdurahman diminta menyebutkan tiga hal yang membuatnya bersyukur. Dengan polos, ia menjawab bahwa dirinya bersyukur karena masih bisa bersekolah, masih hidup dengan sehat, dan bisa bernafas. Jawaban sederhana ini mencerminkan kejujuran seorang anak yang mampu melihat nikmat besar dari hal-hal yang kerap dianggap biasa.