Zia, siswa lainnya, menambahkan bahwa ia bersyukur karena bisa sarapan setiap pagi, memiliki seragam sekolah, dan dapat berangkat ke sekolah setiap hari. Dari jawaban ini terlihat bagaimana anak-anak menghargai rutinitas sederhana yang menjadi bagian penting dalam tumbuh kembang mereka.
Permainan Interaktif: Tebak-Tebakan Syukur
Untuk membuat suasana semakin menyenangkan, Ustazah mengajak kedua siswa bermain tebak-tebakan. Anak-anak diminta memilih nomor, lalu menjawab pertanyaan tentang sesuatu yang patut disyukuri.
Beberapa contoh pertanyaannya adalah:
- "Kalau aku tidak ada, makanan tidak bisa digigit dan dikunyah. Apa aku?" Jawabannya: gigi.
- "Kalau aku tidak ada, bumi akan terasa gelap dan tanpa cahaya. Apa aku?" Jawabannya: matahari.
- "Kalau aku tidak ada, kaki akan sakit saat berjalan di atas batu. Apa aku?" Jawabannya: sepatu.
Permainan ini tidak hanya membuat suasana podcast menjadi ceria, tetapi juga memberikan edukasi bahwa setiap benda maupun anggota tubuh memiliki peran penting yang layak disyukuri.
Belajar Syukur Lewat Gambar
Selain permainan tebak-tebakan, Ustazah juga menunjukkan beberapa gambar yang memancing renungan. Misalnya, gambar orang sakit mata. Melihat gambar itu, anak-anak diajak untuk menyadari bahwa kesehatan mata adalah karunia yang tidak ternilai.
Ada pula gambar makanan yang jatuh. Dari sini, Ustazah menekankan agar anak-anak tidak menyia-nyiakan makanan karena banyak orang di luar sana yang kesulitan untuk makan. Gambar lain menampilkan mainan rusak, yang menjadi pengingat bahwa masih banyak anak-anak lain yang tidak memiliki mainan baru sehingga mainan lama harus dijaga dan disyukuri.
Terakhir, ditampilkan ilustrasi anak yang jatuh dari sepeda. Dari situ, Ustazah mengingatkan bahwa keselamatan saat bermain dan beraktivitas adalah nikmat besar dari Allah. Semua visual sederhana ini berhasil menghidupkan kesadaran anak-anak akan pentingnya rasa syukur.