Lihat ke Halaman Asli

Puisi: Aneh

Diperbarui: 20 September 2021   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

ANEH
Pertemuan memang aneh.
Tapi, lebih aneh lagi perpisahan.
Dan paling aneh adalah percintaan. Kita.

Warta butuh waktu. Kira-kira sepanjang hidupku dan kau. Dimulai dari ketidaksengajaanku tergesa hingga menabrakmu dengan segelas arabika Toraja di tangan. Kau, terkejut panas kopi mungkin meresap melalui oblongmu, atau cairan hitam itu mengenai telepon genggammu di tangan yang satu. Aku, meminta maaf seraya membersihkan kaosmu dengan tisu basah dari tas tote-ku.
"Cukup, berikan saja nomor telponmu. Sepertinya kau harus mengganti biaya hp-ku."
Aku terpana. Kau begitu terus terang.
Setelah peristiwa itu, singkatnya cerita terajut. Tidak selalu mulus, bahkan ruang dan waktu tak berpihak. Berpisah, terjadi begitu saja. Tak lama, 20 tahun. Kau dengan kisahmu. Aku dengan dongengku. Dan cinta tetap ada antara kita. Aku menguburnya diam-diam. Kau, menaburnya dalam skenario novelmu.
Pertemuan kembali. Takdir baru berbicara.

Anak gadis sulungku, bercerai 2 tahun dari sang suami. Membawamu.

"Mam, ini calon pendampingku."
Aku tak sempat terkejut. Kau menyalamiku dan berbisik, "Pantas ada kamu di binar matanya. Aku jatuh cinta seketika."

Pertemuan memang aneh.
Tapi, lebih aneh lagi perpisahan.
Dan paling aneh adalah percintaan. Kita.

Mks, 200921

-Aminy Harros-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline