Lihat ke Halaman Asli

Tobroni

anak muda yang mencari rezeki

Street Coffe dan Coffe Shop: Tempat Mana yang Paling Nyaman?

Diperbarui: 2 Februari 2025   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa yang suka ngopi? Pake gula atau ga pake? Arabica dan robusta adalah jenis biji kopi yang sudah familiar di telinga penikmat kopi atau barista. Rasa yang muncul dari khas biji kopi, memang disebabkan oleh teknik racikan dari seorang barista. Pengaruh suhu air, rasio kopi, sampai penggunaan alat menentukan keunikan rasa dari si biji kopi. Konsumsi kopi memang sudah jadi budaya bagi masyarakat indonesia, karena produksi biji kopi jenis arabica dan robusta sudah jadi komoditas utama di indonesia sejak zaman penjajahan belanda.

Sampai-sampai kebiasaan ngopi depan teras diadopsi dari cara orang Belanda pada masa itu, yang biasa disebut dengan teludak. Bercengkrama di teras rumah sambil duduk dan menikmati seduhan kopi, selalu mengutamakan interaksi dengan teman sebangku. Suasana keakraban rasanya akan tercipta dari senda gurau dan obrolan sambil lalu.

Konsep bercengkrama ini, sebenarnya sering sekali dipakai oleh kedai kopi. Dari model starling, warkop, coffe shop dan street coffe yang tersebar di berbagai kota. Biasanya jika kita berkunjung ke coffe shop, si barista akan menanyakan selera dari para customer. Dengan menawarkan minuman yang berbahan dasar kopi dan non coffe. Uniknya, penamaan menu sering sekali membuat customer agak susah untuk membayangkan rasa dan bentuknya. Akhirnya, barista akan menjelaskan bahan-bahan yang dipakai pada pilihan menu.

Disisilain, barista street coffe juga membuka obrolan ke customer dengan cara yang berbeda. Bukan dari penamaan menu, tapi dengan menanyakan hal-hal terkait identitas si costumer. Tinggalnya dimana ka?, sering ke sini ka?, dan kesini naik apa? Pertanyaan ini, kesannya emang basa-basi, tetapi dengan rasa simpati seperti ini nuansa akrab akan tercipta. Secara tidak langsung interaksi yang dibangun oleh seorang barista adalah jantung dari kenyamanan costumer.

Selain itu, suasana tempat juga jadi bumbu yang memperkuat interaksi antara barista dan customer. Populernya kopi bukan hanya dari segi rasa, namun interaksi yang dibangun jadi sebuah kesan tersendiri. Nyatanya kopi dan interaksi memang punya ikatan yang erat, namun kita kadang melupakan bagian kecil ini setiap mengunjungi kedai kopi.  Street coffe dan coffe shop secara spesifik mempunyai segmen yang berbeda, tapi dasarnya kenyamanan adalah nuansa yang diberikan oleh kedai kopi.

  • Nuansa Ramai dan Sepi untuk Customer

Di tahun 2025 orang-orang banyak mengunjungi coffe shop untuk mencari ruang bekerja. Suasana nyaman dan hening, biasanya jadi incaran bagi orang yang bekerja freelance atau hybrid. Sehingga interaksi customer dan barista tidak dapat tercipta, karena kesibukan yang dibawa oleh masing-masing pengunjung coffe shop. Kepentingan pribadi jadi dasar seorang customer berkunjung ke coffe shop, kurangnya ruang privasi jadi alasan kuat suasana sepi lebih diminati ketimbang keramaian yang disuguhkan oleh street coffe.

Di linilain, suasana ramai jadi ciri khas street coffe,disebabkan segmen yang diincar adalah kalangan anak muda yang suka bersenda gurau dengan harga kopi yang relatif lebih murah dan komunitas yang membutuhkan tempat luas serta leluasa untuk mengekspresikan diri. Penyajian suasana memang menentukan segmen pasar. Kedua model suasana dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan.

  • Apakah Kurangya Pengetahuan Kopi Mempengaruhi Interaksi?

Kompleksnya literasi menyeduh beragam jenis kopi, jadi kesulitan tersendiri untuk memahami dunia perkopian. Alat-alat yang dipakai sampai merk alat, menentukan hasil seduhan kopi. Selain itu, berbagai macam teknik seduh dan pemakaian biji kopi jadi rintangan juga, tetapi keunikan dunia kopi membuat banyak orang tertarik untuk menjadi barista. Sayangnya, ada juga orang yang belajar mengenai kopi hanya sekadar pamer keahlian. Model seperti ini diberi julukan 'si pendekar kopi'. Sifat angkuh yang ditunjukkan membuat banyak orang malas mempelajari dunia perkopian, karena takut diberikan gelar itu. Disisi lain, ada juga tipe barista yang kurang interaktif terhadap customer. Biasanya barista seperti ini merasa dirinya lebih berpengetahuan dari pada customer, sehingga terkesan meremehkan.

  • Kelompok yang Menandai Kedai Kopi  

Pernah kah kalian merasa minder atau segan untuk mengunjungi kedai kopi? Atau bahkan ketika di kedai kopi merasa minoritas? Memang kedai kopi adalah ruang umum dan tidak menandakan kepemilikan terhadap kelompok tertentu. Terkadang sebagian kelompok yang sering mengunjungi kedai kopi, akhirnya menandai tempat itu sebagai markas mereka. Hingga orang yang ingin mencoba kedai kopi tersebut merasa tidak nyaman, karena gerak tubuh atau prilaku. Kejadian ini, membuat kerugian bagi pihak kedai kopi dan ketidak nyamanan pengunjung lain yang bukan termasuk dari kelompok itu.

Nyatanya budaya ngopi di indonesia tidak terlepas dari interaksi antara customer dan barista. Faktor yang mempengaruhi interaksi adalah suasana, literasi dunia kopi, dan sikap yang ditunjukan individual atau kelompok. Mestinnya interaksi di awali keramahan dari seorang barista. Menunjukan rasa aman dan nyaman tanpa meremehkan adalah suatu bentuk dialog yang sehat, namun pihak pengunjung punya rasa menghormati dan bukan datang untuk beradu ilmu atau jadi penguasa tempat.

Suasana yang disajika coffe shop atau street coffe harus digunakan sebaik mungkin, dengan tidak memandang salah satunya lebih baik dari yang lain. Seharusnya juga kita menyadari bahwa kedai kopi yang nyaman juga dibangun oleh individual costume dan barista yang ada di dalamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline