Lihat ke Halaman Asli

Mengingat

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Browser Anda mungkin tidak bisa menampilkan gambar ini.

Dari Marzuki sampai Disintegrasi

Negeri ini sering sekali didatangi oleh orang - orang gila, mulai dari gila kekuasaan, gila harta, sampai gila beneran seperti Gusdur dan satu lagi yang tidak boleh diremehkan kegilaannya tentu saja orang Palembang ini alias wong kito siapa lagi kalau bukan ketua DPR kita Marzuki Alie. Sebagai tambahan saja dari saya bahwa orang gila yang mengaku gila berarti waras sedangkan orang gila yang mengaku waras adalah gila beneran sebut saja para koruptor kita, tetapi karena ini bulan Ramadhan gak baik ngomongin orang jadi saya sebutkan satu saja orang gila yang mengaku waras  itu adalah Nazaruddin. Pikir sendiri ?

Wacana  Pembubaran KPK (Komisi Pemebrantasan Korupsi) tentu saja ide gila, bagaimana mungkin sebuah lembaga yang memiliki dasar hukum kuat ataupun undang - undang serta memiliki peran membumi hanguskan korupsi di negeri idola para korupsi ini alias Indonesia tercinta akan dibubarkan. Begitu juga wacana pengampunan terhadap para koruptor, tentu saja itu adalah hal yang kontroversial, bodoh dan sok alim. Pernyataan - pernyataan kontroversial dari seorang ketua DPR tersebut memang kontroversional tetapi apabila kita pelesetkan ataupun bahasa apiknya kita pahami secara filosofis dengan makna terdalam tanpa ada keraguan dan kepentingan politik ataupun tidak secara harfiah maka pernyataan Marzuki Alie adalah sebuah kata ultimatum yang jenius untuk menggugah kesadaran seseorang seperti halnya kata - kata dari Gus Dur.

Kata - kata apik nan filosofis dari Marzuki Alie tentu saja berpijak pada rasa traumanya yang selama ini mendukung lembaga tersebut tetapi  akhirnya merasa terhianati setelah mendengar langsung dari orang KPK yang ada, meskipun apa yang di katakana Marzuki sangat general sekali namun apa daya bahwa Korupsi di negeri ini memang sedemikian parah karena telah merambah lembaga penegak hukum tersebut. Kata - katanya juga telah membuka mata kita akan lembaga ini yang konon adalah lembaga paling independen tetapi ternyata masih ada saja kepentingan - kepentingan dari luar yang dimasukkan, yang lebih penting itu adalah bahwa pernyataan Marzuki Alie merupakan bentuk pancingan kepada kita agar kita semakin bersatu menjaga keberadaan KPK dari kepentingan - kepentingan yang tidak penting tidak lain adalah urusan politik dan bisnis. Sedangkan untuk  memahami kata kontroversial yang satunya yakni pengampunan Koruptor, saya yakin bahwa pak Alie Marzuki adalah salah satu wali maupun orang sholeh di negeri ini karena berani berkata demikian, tetapi itu adalah orang sholeh yang sudah kebablasan jika kita memaknai katanya tersebut dengan makna seadaanya, saya kira kata pengampunan terhadap para koruptor ada tambahnnya lagi yakni Para Koruptor dapat diampuni dengan catatan setelah di qisash seperti Ruyati, baik itu potong tangan maupun penggal kepala, ataupun di cambuk. Sunggu kata - kata yang apik bagi mereka yang memahami maupun orang gila yang mengaku gila.

Memang banyak sekali orang - orang yang recok di negeri ini tanpa melihat kemampuannya, hanya bisa ngomong dan ngomong tanpa adanya perubahan yang berarti alias orang -orang normatif. Biarlah kata - kata gila yang dikeluarkan oleh Marzukie di lupakan saja gak usah dibahas lagi tanpa tujuan yang jelas. Lihatlah mereka di tempat paling pertama cahaya matahari datang di Negara kita alias tanah Papua masih membara atau kata kasarnya bangsa kita sedang menghadapi redisintegrasi kembalinya ancaman perpecahan. Lihatlah dimana banyak korban yang tewas karena tipu daya partai politik terhadap orang -orang yang tidak mengenyam pendidikan, dan lihatlah masalah yang menyusul setelahnya, yakni bendera bintang kejora dikibarkan oleh penduduk serta menuntut adanya referendum.

Bukankah tragedi Yugoslavia, Uni Soviet, maupun bangsa yang pecah lainnya karena korupsi bukan sebuah mitos tetapi kenyataan yang harus diwaspadai.

Bangsa Indonesia selama ini telah disibukkan dengan kasus korupsi dan penagannannya tidak serius hanya recok  dan recok saling menyalahkan tanpa memperdulikan rakyat yang ada di ujung negeri ini, dimana mereka sewaktui - waktu dapat memisahkan diri dari kita. Mau adanya KPK ataupun tidak kalau bangsa ini tidak dapat merumuskan tujuannya untuk bersatu membangun bangsa tercinta ini maka hasilnya sama saja, hasilnya adalah orang - orang pragmatis yang koruptis serta apatis dan egois. Sehingga dalam bahasa lainnya kenapa orang - orang melakukan korupsi maka jawabnnya adalah karena bangsa kita sudah tidak memiliki tujuan lagi seperti bahasa pelesetannya adalah bahwa bangsa kita usianya hanya sampai ke depan pintui gerbang saja tanpa memasuki dan memiliki rumah kita sendiri. Bukankah undang - undang berkata demikian ? tetapi ini hanya sebuah pelesetan bagi mereka yang pesimis terhadap nasib bangsa ini yang sudah runyam, lain halnya bagi mereka yang optimis maka dalam memaknai mengantarkan ke depan pintu gerbang  kemerdekaan berarti menguasai rumah kita sendiri yang telah di kuasai oleh koruptor dan pihak - pihak tertentu sebut saja Freeport yang menambah situasi keruh di tanah Papua.

Cita - cita bangsa ini untuk memberantas korupsi rupa - rupanya masih terlalu lama untuk di kabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kaya , bagaimanapun nasib bangsa ini tidak akan bebas dari yang namanya jerat korupsi kalau masih banyak orang yang recok tetapi minim perbuatan untuk merubah maupun orang gila yang mengaku waras. Saya sendiri tentu bukan orang partai Demokrat sehingga seolah - olah mendukung pernyataan Marzuki sang kontroversial, saya tentu sangat mendukung adanya KPK hanya saja harus diimbangi dengan tujuan dan komitmen yang tidak ada kpentingan - kepentingan golongan tetentu. Sekali lagi korupsi adalah kejahatan yang membahayakan dan dapat dikatakan lebih membahayakan daripada kasus terorisme, karena korupsi adalah tindakan pembunuhan terhadap masyarakat kecil dan juga tindakan ancaman perpecahan Negara Kesatuan Indonesia ini yang sudah memiliki haraga mati. Jangan sampai ada Negara Papua karena kasus Nazaruddin dan rekanya.

Oleh karena itu di bulan yang menahan hawa nafsu bejat ini dan korupsi adalah salah satunya, maka mari kita jadikan sebuah pelatihan diri untuk menjadi manusia yang anti korupsi dan mencintai bangsa ini. Jadikanlah kasus - kasus korupsi dan disintegrasi menjadi bahan renungan untuk kita selesaikan bersama. Mari kita berkomitmen untuk menjadikan bulan ini sebagai sarana puasa korupsi bukan  dijadikan korupsi puasa. Puasa Korupsi berarti melatih kita untuk tidak berkorupsi di kemudian hari sedangkan korupsi puasa adalah bentuk tindakan untuk melatih diri kita terjerumus didalam lubang korupsi.

Akbar Priyono

Seorang Yang Tak Ingin korupsi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline