Mobil dengan transmisi otomatis disebut juga mobil matic. Mobil ini kini mendominasi pasar. Terutama di kota-kota besar. Penjualan mobil matic terus meningkat. Data membuktikannya (Gaikindo, 2024; Kompas Otomotif, 2025).
Dulu, mobil matic sering dipandang sebelah mata. Harganya mahal serta perawatannya rumit. Mobil ini juga dianggap boros bensin (Suzu Margonda Depok).
Pandangan tersebut telah berubah sekarang. Teknologi transmisi matic semakin maju. Banyak mobil matic modern menggunakan teknologi canggih.
Contohnya adalah Continuously Variable Transmission (CVT). Ada juga Dual-Clutch Transmission (DCT).
Teknologi ini membuat mobil lebih efisien. Perpindahan gigi juga terasa halus. Tidak ada hentakan sama sekali (Domo Transmisi; Dipostar).
Faktor utama lainnya adalah kemacetan lalu lintas. Pengemudi tidak perlu terus menginjak kopling. Ini menjadi nilai jual utama.
Namun, mobil manual tidak menyerah. Mobil manual masih laku keras.
Di beberapa wilayah seperti Indonesia Timur. Astra Daihatsu memiliki data penjualan. Delapan puluh lima persen mobilnya terjual manual. Ini di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (KumparanOTO, 2024).
Kondisi geografis di sana sering berbukit. Jalannya juga berkelok-kelok. Mobil manual terasa lebih cocok. Pengemudi mudah menggunakan gigi rendah.
Ini untuk mendapatkan torsi saat menanjak. Pengemudi juga bisa memakai engine brake. Ini saat turunan untuk kontrol lebih baik (Neliti, 2016; Ejournal Undip).
Ada perspektif lain juga. Mobil matic modern sudah punya mode manual. Ini untuk mengatasi kondisi jalan serupa. Pilihan mobil manual bisa juga disebabkan faktor lain.