Ada miskonsepsi tentang keringat. Keringat bukanlah lemak yang terbakar.
Banyak orang salah kaprah soal keringat. Mereka menganggapnya tanda lemak terbakar.
Pemikiran ini sangat umum di masyarakat. Banyak keringat berarti banyak lemak hilang (kumparan, 2024).
Namun, pandangan tersebut tidaklah benar. Keringat bukanlah lemak yang sedang mencair. Melainkan mekanisme alami dari tubuh. Untuk mendinginkan suhu tubuhnya (Kelas Fitness; Degree Deodorant).
Saat berolahraga otot menghasilkan panas. Panas itu membuat suhu tubuh meningkat. Sebagai respons, sistem saraf bekerja. Sistem itu mengaktifkan kelenjar keringat. Lalu mengeluarkan cairan ke permukaan kulit (Alodokter; Medical News Today, 2020).
Keringat yang keluar mengandung banyak air. Ketika air ini mulai menguap. Panas dari kulit akan ikut terbawa. Sehingga tubuh pun menjadi dingin (CNN Indonesia, 2023).
Jadi, keringat adalah sebuah bukti. Bukti tubuh sedang bekerja keras. Bukan bukti lemak sedang terbakar (Tirto.id).
Kehilangan berat badan setelah olahraga. Itu hanyalah kehilangan berat air. Sifatnya pun hanya sementara saja (Peterbendtsen.com; APKI).
Jika kita menimbang setelah latihan. Beratnya mungkin akan turun sedikit.
Namun setelah minum beratnya kembali. Ini membuktikan yang hilang cairan. Cairan itu bukanlah lemak tubuh. Karena lemak tidak keluar dari pori. Lemak tidak keluar sebagai keringat (Healthline; Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 2021).
Lantas, bagaimana lemak tubuh benar-benar terbakar? Prosesnya jauh lebih rumit sekali. Tidak hanya sekadar berkeringat saja (Weill Cornell Medicine, 2021).